Lihat ke Halaman Asli

Adu Urat Dengan Petugas Penarik Pajak

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah berbulan-bulan  usahaku kembang kempis karena tidak ada pasokan air yang cukup di karenakan musim kemarau, mata air yang aku manfaatkan  airnya pun kering. Tempat cucian kendaraan otomatis macet total yang kebetulan daerah tersebut memang agak sulit mendapatkan air.

Hingga musin penghujan pun datang kembali, harapanku berkembang kembali. Dengan semangat 45 akupun memperbaiki sendiri  pralon-pralon yang sudah lama berantakan. Hari sudah sore aku pun sudah menyelasaikan kerjaanku menyambung pralon-pralon tersebut tidak lah mudah ternyata. Dan air pun sudah mengalir dengan lancarnya ku kira besok pagi tower nya akan terisi dengan penuh. Kemudian aku pun pulang ke rumah berharap besok pagi usahaku mulai dengan lancar.

Semangat baru, harapan baru ku buka kios sebelah guyangan yang ku fungsikan sebagai salon berharap dapat rezeki yang banyak hari ini kalau kemarin kan cuma salon saja yang buka. Baru saja pantanku ku taruh di sofa datanglah seorang polisi berpangkat bintang , entah bintang berapa aku tidak memperhatikanya , bintang tuju kali ya , he he kaya puyer obat sakit kepala saja. Kukira mau potong rambut, creambath atau cuci muka , mau cuci mobil ya gak mungkin wong dianya juga cuma naik angkot he he. Setelah ku persilahkan masuk dan basa basi sedikit diapun mengutaran keinginanya.

EALAH... alih- alih cuma mau narik  '' PAJAK '', aku tidak kaget , sebelumnya sudah di beri tau sama yang punya guyangan dulu ntah kapan datang petugas dari samsat  mau narik pajak air dan bumi maksudnya pajak dari guyangan gitu. Aku tegaskan bahwa  baru saja hari ini guyangan ini ngalir airnya jadi aku belum punya uang buat bayar pajaknya dianya gk percaya. Lama- lama aku jengkel juga akhirnya dianya ngeyel sih. Mendidih juga darah mudaku , huh jangan mentang-mentang aparat ya, "siapa takut  '' batinku.

'' Ok, kalau emang saya harus bayar pajak nama buku UUDnya tujukan padaku '' tantangku padanya.

Diapun mengeluarkan buku yang berisi pasal-pasal perpajakan termasuk usahaku juga akan terkena pajak karena menggunakan air dari negara, yaitu sumur. Kubaca cermat dimana ada tidak sela untukku berkelit, eh ternyata ada juga. '' Hore... '' teriaku dalam hati. Yang  pasal itu di sebutkan siapa saja yang memanfaatkan air dari sumur untuk usaha akan di kenakan pajak.

'' Jadi usahaku tidak termasuk bayar pajak dong Pak karena guyangan ini kan pakai  air kalen bukan dari air sumur '' belaku kemudian. tetapi pak Samsatnya pun masih ngotot aku harus tetap bayar pajak sebagi warga negara yang baik katanya.

" Ya saya akan bayar pajak bapak mau minta berapa uang yang harus saya setorkan tiap bulan kepada negara"  kataku keras ,  tapi saya juga minta pertanggungjawabanya kepada negara dan petugas untuk kejelasan ke mana uang pajak yang saya serahkan harus-harus jelas untuk apa saja saya minta laporanya' 'gertaku sambil melotot juga.

Petugaspun diam seribu bahasa selang beberapa menit dia pun pamit tapi masih juga minta sangu buat naik angkot katanya. Gemes juga aku sama dia , lalu aku ambil dompetku ku tunjukan padanya cuma ada uang Rp  5 000 ribu " buat makan siang nanti pak" jawabku ketus.

Kemudian dia pun ngeloyor pergi dan aku pun berteriak '' HOREEEEEEE..., MERDEKA...,!!!'' Huh enak aja main tarik-tarik pajak dari rakyat giliran rakyat mau usaha nggak ada yang mau mbantu.

Iya nggak teman-teman oknum pemerintah tuh sibuk dengan kantong masing.

Di bela-belain jadi TKW aja masih di peras sana sini.

TERIMAKASIH




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline