Di tengah guyuran hujan dan ramainya kendaraan, dalam memperingati Hari Bumi Sedunia sejumlah aktivis terus menyuarakan keresahan terhadap krisis iklim yang terjadi di bumi yang dilaksanakan di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
Perubahan cuaca secara signifikan dari panas terik lalu tiba-tiba hujan petir yang sering terjadi pada akhir-akhir ini, semata bukan karena perubahan iklim biasa, namun semua perubahan itu adalah akibat krisis iklim dan pemanasan rata-rata 1,1 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
"Jika kita tidak bergerak cepat, kita cuma punya waktu 30 bulan untuk bisa menekan kenaikan suhu bumi itu tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, kalau misalnya tidak segera, itu suhu bumi akan naik sampai ke 2 derajat dan itu efeknya sangat banyak" ucap Aktivis Aksi For Gender, Social, and Ecological Justice, Kinanti Munggareni.
Laporan ini juga menunjukkan meskipun kita sudah mengambil langkah-langkah pengurangi emisi secara tegas, pemanasan iklim sudah terlanjur masuk ke dalam sistem iklim. Hal tersebut menimbulkan peristiwa cuaca ekstrem yang lebih berbahaya dan merusak dari yang kita lihat hari ini.
"Memang usaha-usaha untuk menekan emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global di bumi ini sudah banyak dilakukan, begitupun proyek-proyek yang merespon krisis iklim itu sudah banyak, tapi proyek-proyek ini juga kita lihat ternyata solusi palsu false climate solution, dan itu terus digaungkan," ungkap Kinanti.
Kinan dan seluruh aktivis peduli iklim berharap agar pemerintah bisa membuka mata dan lebih serius dalam menangani kasus krisis iklim yang sedang terjadi, karena krisis iklim sudah berdampak terlalu besar bagi seluruh kehidupan makhluk di dunia.
Kinan juga berharap untuk masyarakat ikut membersamai gaungkan krisis iklim dan bebenah mulai dari hal kecil.
Akankah kita bisa membatasi pemanasan di tingkat ini dan mencegah dampak krisis iklim lebih buruk? Jawabannya tergantung dari tindakan yang ambil umat manusia dalam dekade ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H