Lihat ke Halaman Asli

Anindya Athaya Sani

Mahasiswi Universitas Airlangga

Pengaruh Peran Apoteker terhadap Layanan Kefarmasian di Era Digital

Diperbarui: 27 November 2024   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Canggihnya teknologi di era digital ini sudah hampir menguasai semua aktivitas manusia. Saat ini berbagai aktivitas manusia dimudahkan dengan munculnya digitalisasi yang merubah kehidupan masyarakat . Masyarakat yang sudah sadar tentang adanya digitalisasi percaya bahwa teknologi komunikasi merupakan salah satu alat yang penting dalam mengatasi cepatnya penyebaran arus informasi. Tak terkecuali dalam bidang kesehatan, pasien sekarang ini dapat dengan mudah mengakses informasi tentang kesehatan mereka. Mereka juga bisa melalukan konsultasi dengan tenaga kesehatan mana saja yang sudah mereka percayai tanpa harus datang untuk bertemu langsung. Sekarang ini pasien tidak hanya berkonsultasi dengan seorang dokter saja, namun mereka juga tidak jarang untuk berkonsultasi dengan seorang apoteker. Pasien yang kadang malas untuk pergi ke dokter bisa cukup berkonsultasi keluhannya kepada apoteker, kemudian apoteker akan memberikan obat sesuai keluhan pasien. Maka dari itu sebagai apoteker juga harus dapat menyediakan berbagai informasi yang terpercaya apabila saat dibutuhkan pasien.

Begitu hal nya seperti yang sudah saya amati dari apotek yang terletak di Keputih, Surabaya. Pasien tak ragu untuk berkonsultasi dengan apotekernya via online, yaitu tanpa bertemu langsung dengan memanfaatkan aplikasi Whatsapp. Apoteker tidak segan untuk meninggalkan nomor teleponnya agar pasien dapat menghubunginya sewaktu -- waktu apabila dibutuhkan. Terkadang apoteker juga meminta nomor pasiennya, agar apoteker dapat memonitor perkembangan pasien setelah meminum obat yang sudah diberikan. Walaupun terkesan aneh namun komunikasi secara online ini juga terbilang efektif. Pemanfaatan Whatsapp sebagai media komunikasi antara pasien dan apoteker juga merupakan salah satu langkah yang inovatif.

Bisa kita lihat walaupun komunikasi ini hanya dilakukan secara online, apoteker juga bisa tetap memberikan pelayanan yang efektif dan kompeten kepada pasiennya. Berikut beberapa komunikasi yang biasanya dilakukan:

  • Memastikan penggunaan obat yang baik dan benar
  • Sebagai seorang apoteker kita wajib memastikan pasien kita dapat menggunakan obat yang sudah diberikan dengan takaran yang benar dan juga memastikan kepada pasien memahami cara penggunaan obat yang baik. Ini bertujuan untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan.
  • Memonitor keluhan pasien
  • Setiap obat pasti memiliki efek samping yang didapatkan untuk penggunanya apabila tidak cocok. Dengan ini peran apoteker adalah wajib memonitor kesehatan pasiennya selama mengonsumsi obat yang diberikan. Melalui komunikasi yang rutin, seorang apoteker dapat mendeteksi keluhan yang dialami pasiennya dengan cepat.
  • Memonitor penggunaan obat pasien
  • Dengan adanya aplikasi Whatsapp ini sangat memudahkan apoteker untuk memonitor pasiennya. Melacak bagaimana kemajuan pengobatan para pasiennya dengan sangat mudah. .

Namun, apakah hanya apoteker saja yang mendapatkan manfaat dari komunikasi ini? Tentu saja tidak, pasien tentunya tidak kalah mendapatkan manfaatnya juga. Dengan adanya konsultasi secara online ini, pasien dapat dengan mudah berkonsultasi kapan saja dan dimana saja tanpa terkendala situasi. Tidak hanya itu, tak jarang banyak pasien yang malu saat berkonsultasi dengan apoteker karena mungkin mereka merasa tidak nyaman untuk bertanya mengenai kesehatan pribadinya. Alhasil dengan adanya konsultasi online ini, pasien tidak lagi malu dalam menanyakan sesuatu hal pribadi tentang mereka.

Jadi menurut saya komunikasi langsung maupun tidak langsung antara apoteker dan pasien semuanya memiliki kekurangan maupun kelebihannya masing- masing. Karena pada dasarnya komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dua arah. Perlu ditegaskan lagi bahwa kualitas komunikasi bukan bagaimana jenisnya namun cara penyampaiannya tergantung kemampuan apoteker dalam memberikan informasi. Dengan komunikasi yang baik antara pasien dapat dikatakan komunikasi ini berhasil. Namun sebaliknya apabila komunikasi antara pasien buruk dapat dikatakan tidak berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline