Lihat ke Halaman Asli

Komunikasi Asertif dengan Tenaga Kesehatan Lain dan dengan Klien Distress dan Agresive

Diperbarui: 9 Oktober 2024   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi yang kurang baik masih sering ditemukan dan berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit. Perawat sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan harus mampu memberikan asuhan terbaik kepada pasien. Namun dalam setiap pelaksanaan tugas tersebut tidak dapat dipungkiri akan dapat terjadi hal--hal yang tidak diinginkan terjadi. Semisal dalam hal kelelahan, beban kerja yang berat, stress mampu menurunkan performa seorang perawat dalam bekerja, dan berpotensi menimbulkan konflik antara perawat maupun dengan tim kolaboratif lainnya. Oleh karena itu, perawat profesional dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dengan berperilaku asertif. Perilaku asertif bagi perawat penting untuk dilakukan sebagaimana perawat bekerja yang selalu berinteraksi dengan orang lain. 

Komunikasi asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain, namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keasertifan perawat antara lain pengalaman, jenis kelamin, kebudayaan, dan tingkat pendidikan. Perilaku asertif sangatlah penting dimiliki oleh perawat karena beberapa alasan berikut: pertama, dengan kemampuan mengungkapkan apa yang dibutuhkan secara terus terang bisa menghindari munculnya konflik; kedua, bila ada rekan kerja maupun atasan yang bersikap kurang tepat perawat bisa mengingatkannya dengan komunikasi asertif; ketiga, dengan berperilaku asertif maka perawat dapat dengan mudah mencari solusi penyelesaian dari berbagai kesulitan maupun permasalahan secara efektif; dan alasan yang terakhir dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif perawat dengan berdiskusi dengan rekan kerja (Handayani, 2019). 

Psychological   distress   merupakan   sebuah   keadaan   subjektif   yang tidak   menyenangkan. Dua bentuk utama dari distress adalah depresi dan kecemasan  (Mirowsky  dan  Ross,  1989). Hal ini merupakan respon emosional dan perilaku terhadap situasi atau peristiwa yang dianggap mengganggu keseimbangan mental. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi distress antara lain keluarga, hubungan dengan orang lain, lingkungan, dan keuangan. 

Perilaku agresif adalah tindakan yang bertujuan untuk mendominasi atau berperilaku destruktif dengan menggunakan kekuatan verbal maupun fisik yang ditunjukkan pada objek. Perilaku agresif merupakan bentuk dari luapan emosi sebagai reaksi seorang individu atas kegagalan. Perilaku ini biasa terjadi pada tahap usia remaja yang dapat menyebabkan terjadinya permasalahan pada remaja. Tipe-tipe agresif adalah agresif fisik, agresif verbal, kemarahan, permusuhan. Beberapa faktor yang menyebabkan perilaku agresif meliputi faktor biologis, psikologis, lingkungan sosial, media dan teknologi, serta faktor kebudayaan. Contoh bentuk dari perilaku agresif, yaitu merendahkan (depreciation) dan menuduh (accusation).

Database merupakan kumpulan data mekanis yang terdefinisi secara formal dengan dikontrol oleh suatu organisasi. Dengan banyaknya peran data sebagai aset penting pengelolaan, penyimpanan data yang efektif berpengaruh untuk kelancaran operasi bisnis dan pengambilan keputusan yang tepat. Database yang dapat digunakan untuk mencari literatur yang relevan meliputi PubMed dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian mencakup: Komunikasi, Komunikasi Asertif, Perawat, Perilaku Asertif, dan Perilaku Agresif. Terdapat 3 kriteria kelayakan dari database yang digunakan, yaitu:

  1. Referensi yang relevan atau berhubungan erat dengan topik yang kita ungkap. 

  1. Referensi yang mutakhir yaitu memilih referensi yang terkini. 

  1. Referensi yang benar yaitu yang ditulis sesuai dengan kaidah. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber pustaka, yaitu:

  1. Referensi dari sumber yang memiliki reputasi baik, seperti jurnal akademis, buku dari penerbit ternama, laporan pemerintah, dan lembaga-lembaga yang dihormati. 

  1. Referensi yang melalui proses peer-review oleh para ahli di bidangnya memiliki tingkat keandalan yang tinggi dan dapat menjadi referensi yang sangat baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline