Lihat ke Halaman Asli

Public Health

Diperbarui: 8 September 2024   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

ANINDYA KARINA FITRIANI / 191241118

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup; Ilmu biolog, Ilmu kedokteran, Ilmu kimia, Fisika, Ilmu Lingkungan, Sosiologi, Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat), Psikologi, Ilmu pendidikan. Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.

Pada abad ke-16 pemerintah Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dengan upaya kesehatan masyarakat. Tahun 1807 Jendral Daendels, melakukan pelatihan bayi. Tahun 1888 berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, kemudian berkembang di Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Tahun 1952, Hydrich petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan. Tahun 1927, Stovia (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI.

Tahun 1930 pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes karena terjadi epidemi dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal. Tahun 1951 diperkenalkan konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr. Y. Leimena dan dr Patah (dikenal dengan Patah-Leimena) yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Tahun 1952 pelatihan intensif dukun bayi. Tahun 1956 Dr.Y.Sulianti mendirikan "Proyek Bekasi" sebagai proyek percontohan/ model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.

Tahun 1967 seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan dari seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, B, dan C. Tahun 1968 Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Tahun 1969 sistem puskesmas disepakati dua saja yaitu tipe A, dan tipe B. Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah kabupaten di tiap Provinsi.

Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu Puskesmas saja. Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planing untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Tahun 1984 dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare, Imunisasi). Awal tahun 1990 Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Faktor yang mempengaruhi derajat Kesehatan Masyarakat, yaitu: perilaku, keturunan, lingkungan, layanan kesehatan.

Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Keempat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku / kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret dan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline