Lihat ke Halaman Asli

Anindya AuliaYasthi Zivana

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Bahaya Stres dan Cara Mengelola Menurut Pandangan Islam

Diperbarui: 20 September 2022   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stress merupakan salah satu gejala psikologis yang cukup mudah untuk ditemui, sebab hampir setiap orang pasti pernah mengalami stress. Gejala stress bisa dialami oleh siapapun itu, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Menurut Santrock (2000) (dalam Yuwono) stress diartikan sebagai respon individu terhadap situasi dan peristiwa yang dianggap mengancam. Dan terkadang situasi-situasi yang mengancam itu berubah menjadi situasi yang sangat sulit untuk diatasi. Sehingga, tak jarang malah berujung menganggu aktivitas sehari-hari dan kesehatan fisik dari orang yang bersangkutan. 

Lalu, jika stress itu tak segera ditangani, dapat membuat orang tersebut merasakan dampak yang lebih buruk lagi kedepannya, seperti depresi. Maka dari itu, kita tidak bisa menganggap remeh gejala stress. Menurut Musradinur, penelitian menunjukkan bahwa stress memberi kontribusi 50 sampai 70 persen terhadap timbulnya sebagian besar penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker, penyakit kulit, infeksi, penyakit metabolik, serta lain sebagainya.

Sedangkan di dalam islam, stress dikenal sebagai bentuk cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. untuk para hamba-Nya. Di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155, Allah SWT. berfirman, yang memiliki arti yaitu “Sungguh akan Kami berikan cobaan harta, dengan sedikit pengorbanan, penderitaan, kekurangan, jiwa, dan buah-buahan; dan berikanlah harga gembira kepada orang-orang yang sabar”. Dan dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali contoh dari cobaan itu, seperti sakit, kecelakaan, hambatan dalam pekerjaan, dan lain-lain. Lalu, cobaan bukan hanya berasal dari hal-hal yang bersifat negatif saja, melainkan hal-hal positif pun juga bisa menjadi cobaan, misalnya kekayaan dan jabatan.

Situasi yang dapat membuat seseorang mengalami stress disebut sebagai stressor. Dan sesungguhnya, di sekitar kita banyak sekali aspek yang mampu menjadi stressor ini, entah itu lingkungannya, orang-orangnya, benda-bendanya, maupun aspek yang lainnya. Namun, setiap orang itu pasti memiliki penyebab yang berbeda-beda. Contohnya seperti, jika si A bisa mengalami stress karena pekerjaannya, belum tentu si B juga bisa stress karena hal tersebut.

Menurut Medline Plus, ada dua jenis utama stress yang sudah cukup banyak diketahui :

  1. Stress Akut
    Merupakan stress jangka pendek yang hilang dengan cepat. Seseorang bisa merasakan ini saat menginjak rem, bertengkar dengan pasangan, atau bermain ski menuruni lereng yang curam. Hal ini mampu membantu seseorang untuk mengelola situasi yang berbahaya.
  2. Stress Kronis
    Merupakan stress yang berlangsung untuk jangka waktu yang lebih lama. Semua jenis stress yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan termasuk ke dalam stress ini. Contoh dari stress kronis, seperti memiliki masalah keuangan, pernikahan yang tidak bahagia, atau masalah di tempat kerja. Seseorang bisa menjadi begitu terbiasa dengan stress kronis, sehingga seseorang tersebut tidak menyadari bahwa itu adalah masalah. Jika seseorang tidak bisa menemukan cara untuk mengelola stress, itu dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Dikarenakan penyebab stress nya yang berbeda antara individu satu ke individu yang lain. Maka dari itu, tak heran jika cara mengelola stress nya juga pasti berbeda-beda.

Menurut Athar, dkk (dalam Yuwono), terdapat beberapa cara untuk mengelola stress yang telah diajarkan oleh islam, yaitu :

  • Niat ikhlas. Islam sudah mengajarkan agar senantiasa berniat ikhlas dalam berusaha, dengan tujuan agar nilai usaha tinggi di mata Allah SWT dan dia mendapat ketenangan apabila usaha tidak berhasil sesuai harapan. Sebagaimana dalam surat At-Taubah ayat 91, yang artinya : “Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”                                                                                                                                                   
  • Sabar dan Shalat. Orang yang sabar akan mampu mengambil keputusan dalam menghadapi stressor yang ada. Kemudian, melalui shalat maka individu akan mampu merasakan betul kehadiran Allah SWT. Segala kepenatan fisik, masalah, beban pikiran, dan emosi yang tinggi kita tanggalkan ketika shalat secara khusyuk. Dengan demikian, shalat itu sendiri sudah menjadi obat bagi ketakutan yang muncul dari stressor yang dihadapi.                                                                                                        
  • Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal). Salah satu kunci dalam menghadapi stressor adalah dengan selalu bersyukur dan menerima segala pemberian Allah SWT. Allah SWT sudah mengajarkan di dalam Al Qur’an Surat Al Fatihah ayat 2 dan Al-Baqarah ayat 156.                                                  
  • Doa dan Dzikir. Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi sumber kekuatan bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang tinggi disandarkan kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada kekhawatiran terhadap suatu ancaman, maka sandaran kepada Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline