Lihat ke Halaman Asli

ANINDITA RAHAYU

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Tradisi Maapam di Kabupaten Pasaman Barat

Diperbarui: 18 Juni 2022   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Tradisi merupakan segala sesuatu yang berupa adat, kepercayaan, dan kebiasaan. Kemudian adat, kepercayaan, dan kebiasaan itu menjadi ajaran-ajaran atau paham-paham yang turun temurun dari para pendahulu kepada generasi-generasi selanjutnya. (Koetjaningrat, 2009:185).

Kabupaten Pasaman Barat memiliki salah satu tradisi khusus dalam memperingati datangnya bulan suci ramadhan yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini.  Sebagian dari masyarakat Pasaman Barat merupakan masyarakat Minangkabau,  sehingga tradisi yang berkembang dapat dikatakan seragam. Tradisi yang berkembang di Pasaman Barat dalam memperingati masuknya bulan suci ramdahan disebut juga maapam.

Kabupaten Pasaman Barat ini merupakan sebuah kabupaten yang terletak di ujung utara dari Provinsi Sumatera Barat, yang langsung berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara. Dimana sebagian dari masyarakat setempat merupakan masyarakat Miangkabau. Dalam menyambut bulan suci ramadhan yang bertepatan pada maulid Nabi Muhammad SAW masyarakat Pasaman Barat mempunyai tradisi maapam.  

Maapam merupakan satu panganan tradisional yang masih bertahan dalam arus masakan dan pangan dari luar yang terus masuk ke Sumatera Barat. Memasak apam atau biasa disebut maapam merupakan tradisi masyarakat Pasaman Barat yang dilaksanakan setahun sekali, untuk menyambut bulan suci ramadhan yang biasa dilaksanakan pada bulan Rajab. Tradisi ini dibuat untuk menghormati arwah anak-anak yang sudah meninggal.

Tradisi maapam biasanya dilakukan bersama Ibu-ibu dari berbagai kalangan, yang dilakukan di ruangan terbuka, karena asap yang ditimbulkan dari bahan bakar alami berupa daun kelapa kering cukup banyak. Bahan-bahan yang biasa digunakan sangat mudah di dapat, seperti tepung beras yang sudah ditumbuk (dihaluskan), santan, kelapa, garam, gula, dan pemanis alami seperti gula aren. Kemudian semua bahan diaduk menjadi satu bagian hingga berbentuk cairan putih.

Tradisi maapam di Pasaman Barat ini telah berlangsung sejak zaman dahulu. Tradisi maapam sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat Pasaman Barat yang sampai sekarang masih dilakukan dan dipertahankan oleh masyarakat. Bahkan arus modernisasi tidak membuat mereka meninggalkan tradisi yang kerap mereka lakukan, melainkan tetap mempertahankan sampai sekarang. Karena setiap tradisi mempunyai kekhasan tersendiri  dan sudah menjadi suatu kebiasaan dimasyarakat yang merupakan bagian dari kebudayaan.

Salah satu fungsi dari adanya tradisi maapam ini selain menjaga kelestarian budaya, tradisi maapam juga dapat menjalin silaturahmi antar masyarakat, dan meningkatkan solidaritas antar sesame. Tradisi ini harus tetap dilestarikan kepada generasi penerus, agar tradisi maapam tidak punah  dalam arus modernisasi. Oleh karena itu Pemerintah Pasaman Barat terus berupaya untuk tetap melestarikan tradisi maapam ini dengan mengadakan event "maapam seribu tungku" yang dilaksanakan pada tahun 2020 hingga memecahkan rekor muri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline