Check up payudara sering terlewatkan oleh sahabat-sahabat perempuan, tidak terkecuali dokter yang menulis ini. Padahal yang namanya kanker masih belum jelas asal penyebabnya, bisa tiba-tiba muncul secara mengagetkan. Sering pasien/keluarga pasien menanyakan penyebabnya apa ya dok? Berharap kalau ada faktor yang bisa dihindari untuk mencegah. Meskipun pada umumnya dokter mengatakan jangan makan-makanan cepat saji, banyak pengawet, hmakanan yang disuntik hormon... tetap saja itu bukan penyebab kanker.
Oleh karena itu yang terpenting adalah mendeteksi sedini mungkin. Perempuan dituntut peka terhadap tubuhnya sendiri. Masalahnya, kehidupan perempuan yang sudah sibuk sebagai penjaga keluarga ditambah dengan karier di luar, sering menjadikan mereka mengabaikan tubuh mereka sendiri, ibaratnya kalo sakit ga berasa... berasa sakit kalau sudah parah.
Dulu kita mengenal istilah SADARI... kependekan dari periksa payudara sendiri. Pemeriksaan itu dilakukan dengan meraba payudara dan ketiak, adakah benjolan yang mencurigakan. Pemeriksaan itu dilakukan di pertengahan siklus haid supaya tidak rancu dengan pembesaran kelenjar payudara menjelang dan saat haid. Keakuratannya? Ya pasti kecil yaa..., tergantung kepekaan masing-masing orang.
Oleh karena itu, beberapa pusat kesehatan mengembangkan pelayanan check up payudara, ada yang melalui pemeriksaan USG, mammografi dan MRI payudara. Jadi, pemeriksaan apa yang sebaiknya dilakukan? Kapan kita melakukan? Apakah pemeriksaan itu harus diulang?
USG (Ultrasonografi)
[
USG adalah suatu alat yang mengirimkan gelombang suara ke dalam tubuh. Gelombang tersebut ada yang diserap maupun dipantulakn sehingga membentuk gambar organ-organ di dalam tubuh. USG payudara sama dengan USG kehamilan, tidak menyakitkan, aman pada ibu hamil dan menyusui, dapat diulang kapan saja. USG mampu mendeteksi kelainan/lesi berukuran subscentimeter. Nmaun kelemahan dari USG adalah operator dependent (tergantung dari ketelitian dan keahlian dokter yang melakukan).
Mammografi
Mammografi pada dasarnya adalah mesin x-ray (rontgen) yang bentuknya dimodifikasi supaya dapat memeriksa payudara. Untuk mengurangi radiasi dan mendapatkan gambaran yang jelas, payudara akan sedikit dikompresi sehingga terkadang menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman. Kelebihan dari mammografi ini adalah tidak operator dependent. Kelemahannya adalah keakuratannya berkurang pada payudara-payudara yang masih padat jaringan kelenjarnya, yaitu pada perempuan muda dan ibu menyusui. Pada perempuan usia lanjut, kelenjar payudara berkurang digantikan oleh lemak sehingga lebih meningkatkan keakuratan pemeriksaan.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Merupakan pemeriksaan dengan mesin yang berbentuk terowongan yang memancarkan arus magnet. Pasien tidak akan merasa sakit, hanya terkadang suara yang ditimbulkan oleh mesin cukup berisik, namun masih dalam ambang toleransi pendengaran kita. Pun sebelumnya, telinga kita ditutup dengan headphone. Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan MRI adalah pasien tidak menggunakan alat-alat logam yang tertanam dalam tubuh seperti pen, alat pacu jantung. Sebaiknya pasien mengkomunikasikan ke petugas bila ada alat-alat apapun yang terpasang di dalam tubuh. MRI lebih superior dibandingkan USG dan mammografi dalam mendeteksi kelainan payudara. Bahkan disebutkan ada 40% kelainan yang hanya dapat dideteksi dini dengan MRI. Penulis pernah mendengar dari sebuah seminar panelis menyebutkan pada hasil pemeriksaan MRI payudara normal, maka pasien akan dapat merasa aman untuk 2 tahun. Meskipun demikian, MRI belum menjadi protokol rutin pada deteksi dini kanker payudara.
Rekomendasi dari American Cancer Society, pemeriksaan fisik rutin oleh diri sendiri dianjurkan sejak umur 20 tahun. Untuk masalah ini, penulis ingin menekankan bagusnya program SADARI yang dapat dilakukan kapan saja dan sesering mungkin, jadi tidak harus ke dokter. Pemeriksaan fisik oleh dokter dilakukan sejak perempuan berumur 20 tahun, dilakukan tiap 3 tahun sekali.