Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Lebih Jauh Busana Menak

Diperbarui: 14 November 2023   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga yang berlokasi di Kota Bandung, terletak di Jalan BKR Tegalega yang didirikan pada tahun 1974, museum ini diresmikan pada tahun 1980 dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Barat, lalu pada tahun 1990, Museum ini berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. Museum ini didedikasikan untuk memamerkan dan melestarikan sejarah serta warisan budaya masyarakat Sunda, khususnya yang berkaitan dengan sejarah kerajaan di Jawa Barat. 

Di dalam Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga ini terdapat banyak sekali koleksi kebudayaan sunda dengan berbagai macam benda bersejarah dan benda-benda antik yang memiliki nilai luhur dan nilai seni yang tinggi. Budaya sunda memiliki banyak beragam adat dan tradisi yang diturunkan oleh leluhur. Mulai dari acara tradisi, tarian, alat musik, hingga busana daerah atau pakaian adat. Dari beragam kebudayaan tersebut, pakaian adat merupakan hal yang sangat menarik untuk dibahas, karena masing-masing daerah memiliki ciri khas untuk busana daerahnya masing-masing. 

Pakaian adat sunda biasanya digunakan untuk bermacam-macam kegiatan, mulai dari acara kebudayaan atau tradisi hingga dapat dipakai sehari-hari. Pakaian adat dari sunda sendiri memiliki banyak jenisnya, yang akan kita bahas kali ini yaitu pakaian adat dengan nama "Menak". Replika dari Busana Menak ini dapat dilihat di Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. 

Sejarah Busana Menak

Dalam bahasa sunda kata "menak" sendiri menggambarkan sebuah tingkatan sosial atau kelas sosial atau golongan bangsawan dalam kebudayaan sunda. Kata "Menak" juga bisa memiliki arti terhormat. Menak dalam masyarakat sunda konon merupakan keturunan dari Raja Pajajaran, karena hal tersebut lah pada tahun 1900-an masyarakat sangat menghormati sekali keluarga Menak karena telah membawa pengaruh baru untuk rakyat pasundan. Terjadinya pertukaran budaya antara jawa barat dan belanda, pada masa itu terjadi perpaduan budaya lokal dan budaya luar, khususnya pada masa pemerintahan hindia-belanda yang menciptakan politik Devide et Impera dengan strata sosial 3 golongan yaitu Menak, Santana, dan Somah. Karena adanya strata sosial itu lah terdapat perbedaan gaya berbusana. 

Busana Menak ini juga memiliki sejarah dengan berbagai pengaruh, antara lain:

1. Pengaruh Hindu-Buddha: Sejarah Indonesia mencatat periode kunonya yang dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha, di mana tradisi pakaian dan gaya hidup masyarakat Jawa Barat, termasuk Sunda, terbentuk. Pengaruh ini dapat dilihat dalam beberapa elemen pakaian adat Menak, seperti hiasan kepala dan aksesoris.

2. Pengaruh Islam: Dengan masuknya Islam ke wilayah Indonesia, terjadi perubahan dalam budaya dan pakaian. Pakaian adat Menak mencerminkan perpaduan antara elemen-elemen tradisional Sunda dan nilai-nilai Islam.

3. Pengaruh Kolonial Belanda: Selama masa penjajahan Belanda, terjadi perubahan dalam pola pakaian masyarakat. Beberapa elemen busana adat Menak mungkin mengalami modifikasi atau perubahan untuk mengakomodasi pengaruh Belanda pada saat itu.

4. Evolusi Seiring Waktu: Pakaian adat Menak terus mengalami evolusi seiring waktu. Beberapa perubahan mungkin terjadi sebagai respons terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat Sunda.

5. Simbolisme Budaya: Setiap elemen pakaian adat Menak memiliki makna dan simbol yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat Sunda. Warna, motif, dan jenis kain yang digunakan sering kali memiliki signifikansi tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline