Lihat ke Halaman Asli

Impulsif Buying pada Gen Z

Diperbarui: 14 November 2024   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Impulsif buying adalah pembelian tanpa terencana atau secara tiba-tiba karena adanya keinginan yang kuat dan kukuh dengan segera. Kim (2003) berpendapat bahwa impulsif buying adalah kegiatan membeli suatu produk yang dilakukan tanpa adanya rencana terlebih dahulu dan diiringi oleh dorongan untuk membeli produk tertentu.

Generasi Z adalah kelompok yang saat ini paling dominan dalam aktivitas belanja online dibandingkan dengan generasi lainnya. Generasi Z merupakan generasi yang tergolong muda yang lahir apda tahun 1995-2010 yang berusia sekita 11-26. Generasi Z  adalah konsumen di masa mendatang yang mahir  dalam menggunakan teknologi. Di Indonesia, generasi Z termasuk dalam kategori konsumen yang sering melakukan pembelian impulsif. Impulsif buying pada generasi Z ini memang fenomena yang menarik, terutama dalam konteks belanja online.

Terdapat beberapa alasan mengapa generasi Z lebih cenderug melakukan impulsif buying:

  • Akses Informasi Cepat dan Media Sosial: Generasi Z senantiasa terhubung dengan berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Iklan serta saran produk yang terus-menerus muncul di feed mereka sering kali memicu dorongan untuk membeli tanpa pertimbangan yang matang. Selain itu, pengaruh influencer dan tren viral turut memperkuat kecenderungan tersebut.
  • Kemudahan dan Kecepatan Belanja Online: Platform e-commerce yang mudah digunakan memungkinkan pembelian hanya dengan beberapa klik. Fitur seperti pembayaran instan, pengiriman cepat, serta diskon atau flash sale membuat konsumen lebih mudah tergoda untuk membeli barang yang awalnya tidak mereka rencanakan.
  • Keinginan untuk Pengalaman dan Ekspresi Diri: Generasi Z sangat menghargai identitas dan pengalaman pribadi mereka. Pembelian barang sering kali didorong oleh keinginan untuk mengekspresikan diri atau mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Barang-barang yang dianggap dapat meningkatkan "kualitas hidup" atau memberikan kepuasan emosional sering kali menjadi pemicu bagi pembelian impulsif.
  • Dampak Emosi dan Stres: Dalam beberapa situasi, impulsif buying dipengaruhi oleh kondisi psikologis seperti stres, kecemasan, atau kebosanan. Belanja sering kali menjadi cara untuk melarikan diri atau untuk mendapatkan perasaan yang lebih baik secara emosional.

Namun, meskipun impulsif buying dapat memberikan kepuasan sementara, hal ini juga dapat berisiko menimbulkan masalah keuangan jika tidak diimbangi dengan pengelolaan finansial yang bijak. Di masa depan, perusahaan atau merek yang memahami kecenderungan ini dapat memanfaatkan strategi pemasaran yang lebih personal, seperti memberikan diskon atau promo yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen generasi Z.

Secara keseluruhan, perilaku impulsif ini mencerminkan bagaimana pola konsumsi berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan cara konsumen terhubung dengan lingkungan di sekitar mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline