Lihat ke Halaman Asli

KKN Kolaborasi Desa Sucopangepok Posko 224 Mengikuti Upacara di Lapangan Jelbuk

Diperbarui: 24 Agustus 2024   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

 Mahasiswa KKN Kolaborasi 224 Desa Sucopangepok turut serta dalam upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2024, yang dilaksanakan di lapangan Kecamatan Jelbuk. Kehadiran mahasiswa ini tidak hanya menunjukkan partisipasi mereka dalam perayaan nasional, tetapi juga memperkuat keterlibatan mereka dengan masyarakat setempat. 

Dokumentasi Pribadi

Sebelum dimulainya upacara bendera, acara tersebut dimeriahkan oleh pertunjukan tari tradisional yang dibawakan oleh siswa-siswi SMPN 1 Jelbuk. Tarian ini memiliki makna mendalam, menggambarkan potensi wilayah Jelbuk, Jember, sebagai salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Potensi ini tidak hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga menawarkan peluang besar untuk pengembangan ekonomi lokal. Dengan memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia di Jelbuk, daerah ini memiliki peluang besar untuk memajukan perekonomian, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Dokumentasi Pribadi

Pada tanggal 18 Agustus 2024, Mahasiswa KKN Kolaborasi Desa Sucopangepok melanjutkan kontribusi mereka kepada masyarakat dengan melaksanakan salah satu program kerja unggulan, yaitu penyuluhan tentang bahaya pernikahan dini. Kegiatan penyuluhan ini difokuskan pada siswa-siswi SMPN 3 jelbuk, mengingat pentingnya edukasi sejak dini untuk mencegah terjadinya pernikahan di usia muda. Penyuluhan ini bertujuan untuk mengurangi angka pernikahan dini yang masih cukup tinggi di Desa Sucopangepok, sebuah fenomena yang telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang ekonomi dan pembangunan desa.

Dari survei yang dilakukan oleh mahasiswa KKN, terungkap bahwa pernikahan dini kerap kali menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari rendahnya tingkat pendidikan hingga terbatasnya peluang ekonomi bagi mereka yang menikah di usia muda. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup individu yang bersangkutan, tetapi juga menghambat kemajuan desa secara keseluruhan. Anak-anak yang menikah dini cenderung putus sekolah, yang berujung pada terbatasnya keterampilan dan kemampuan mereka untuk berkontribusi secara optimal dalam perekonomian desa. Selain itu, pernikahan dini juga sering kali berujung pada permasalahan kesehatan, baik bagi ibu muda maupun anak yang dilahirkan, yang pada akhirnya membebani sistem kesehatan masyarakat setempat.

Melalui penyuluhan ini, mahasiswa KKN berharap dapat menanamkan kesadaran di kalangan generasi muda tentang pentingnya menunda pernikahan hingga mereka mencapai usia yang lebih matang, baik dari segi fisik, mental, maupun ekonomi. Diharapkan, dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang dampak negatif pernikahan dini, angka kejadian pernikahan dini di Desa Sucopangepok dapat menurun secara signifikan, sehingga anak-anak dan remaja di desa ini dapat memiliki masa depan yang lebih cerah dan berkontribusi lebih baik dalam pembangunan desa mereka.

Mahasiswa KKN Kolaborasi juga berharap bahwa kegiatan penyuluhan ini dapat menjadi langkah awal untuk mendorong perubahan sosial yang lebih luas, di mana masyarakat Desa Sucopangepok mulai memprioritaskan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi bagi generasi muda. Dengan demikian, desa ini tidak hanya akan terbebas dari permasalahan yang disebabkan oleh pernikahan dini, tetapi juga akan mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline