Lihat ke Halaman Asli

Problematika Pembelajaran Materi Sastra di SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang

Diperbarui: 6 Januari 2023   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oleh: Ani Malikhatur Rizqiyah, Evi Chamalah, Universitas Islam Sultan Agung

Tanda kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat dari pendidikannya yang berkualitas. Jadi, apakah Indonesia sudah dinyatakan Negara maju?. Sampai saat ini, Indonesia masih berupaya menata sistem pendidikannya. Indonesia sendiri merupakan Negara berkembang. Maka dari itu, perlu upaya dari dunia pendidikan untuk menciptakan generasi emas guna menjadikan Negara Indonesia ini maju. Tentu saja tidak hanya dari dunia pendidikan. Perlu upaya bersama dalam menciptakan Negara maju. Akan tetapi, pendidikan berkontribusi besar dalam menciptakan generasi mendatang.

Pendidikan di Indonesia, masih mengalami beberapa kendala dalam pembelajarannya, terkhusus pada pembelajaran materi sastra. Di beberapa lembaga formal, pembelajaran sastra semakin bersahabat dengan berbagai persoalan. Memang tampaknya pembelajaran sastra sudah terkenal dengan permasalahannya sejak dahulu. Tak terkecuali pada SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Sesuai hasil observasi yang telah dilakukan, pembelajaran sastra di SMA Islam Sultan Agung 1 tidak jauh beda dengan permasalahan pembelajaran sastra pada umumnya. Ibu Erna, guru kelas X di SMA Islam Sultan Agung 1 juga menemukan problematika yang sama terhadap pembelajaran sastra, terkhusus pada materi Hikayat.

Hikayat merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat tersebut. Dari tujuan capaian pembelajaran yaitu menyimak, membaca dan memirsa, menulis, serta berbicara dan mempresentasikan pada materi hikayat, sudah tampak akan adanya pasal problematika dalam proses pembelajarannya. 

Selaras dengan pengertian hikayat itu sendiri, juga dipahami akan adanya proses pembelajaran yang membosankan, peserta didik tidak tertarik untuk belajar secara mendalam, dan lain sebagainya. Problematika lain muncul tidak hanya dari peserta didik, namun disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari pendidik itu sendiri, sarana prasarana, maupun rendahnya pemahaman konsep tentang sastra.

Tentu hal itu juga dialami oleh Bu Erna. Akan tetapi, berbagai solusi juga dapat ditempuh. Seperti halnya menciptakan pembelajaran yang menarik, kreatif serta inovatif. Sejalan dengan berkembangnya IPTEK, problematika-problematika tersebut sedikit terkurangi. Dengan memanfaatkan teknologi (internet) sumber ajar lebih luas, dan memudahkan pendidik dan peserta didik menambah ilmu pengetahuan.

Metode ceramah yang biasa dipakai dalam pembelajaran, kini bisa bertransformasi seperti penanyangan video dari youtube ataupun yang lainnya. Dengan hal itu peserta didik mendapat suasana lain yang membuat peserta didik tertarik untuk belajar lebih mendalam. Selain itu, peserta didik juga akan mengamati dari tayangan tersebut yang mana nantinya akan menimbulkan kekreatifan dan kekritisan dalam berfikir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline