Lihat ke Halaman Asli

Ani Maiyuni

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program studi Hubungan Internasional UPN Veteran JAWA TIMUR

Analisis Perspektif Hubungan Internasional Geopolitik Konflik Hizbullah dan Israel

Diperbarui: 25 November 2024   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik antara Hizbullah dan Israel telah menjadi salah satu isu utama dalam dinamika politik dan keamanan di Timur Tengah. Hizbullah, yang didirikan pada awal 1980-an sebagai tanggapan terhadap invasi Israel pada tahun 1982, telah bertransformasi dari kelompok militan menjadi aktor politik yang signifikan di Lebanon. Di sisi lain, Israel, sebagai negara dengan kekuatan militer yang besar dan dukungan internasional yang kuat, memandang Hizbullah sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasionalnya. Keberadaan Hizbullah yang didukung oleh Iran, dengan kemampuan militer yang semakin meningkat, telah menciptakan ketegangan yang berkepanjangan di kawasan.

Hizbullah tidak hanya berperan sebagai kelompok militan, tetapi juga berfungsi sebagai partai politik yang terlibat dalam pemerintahan Lebanon. Dukungan Iran terhadap Hizbullah menjadi elemen kunci yang memperburuk ketegangan dengan Israel, karena Israel melihat Hizbullah sebagai perpanjangan pengaruh Iran di Lebanon. Dukungan finansial dan militer Iran telah memungkinkan Hizbullah untuk memperkuat kemampuan militernya, termasuk persenjataan canggih yang menjadi ancaman signifikan bagi keamanan Israel. Selain itu, keterlibatan Hizbullah dalam konflik Suriah di bawah arahan Iran semakin menunjukkan kapabilitas militer mereka di luar Lebanon yang meningkatkan kecemasan Israel terkait potensi serangan lintas batas.

Keterlibatan Hizbullah dalam perang Suriah tidak hanya memperluas pengaruhnya di kawasan tetapi juga memperkuat posisinya dalam konflik langsung dengan Israel. Di sisi lain, peran Amerika Serikat dan Arab Saudi turut memperdalam ketegangan antara Hizbullah dan Israel. Amerika Serikat, yang memandang Hizbullah sebagai organisasi teroris, secara aktif mendukung Israel melalui bantuan militer dan diplomasi di PBB. Sementara itu, Arab Saudi, yang memandang Hizbullah sebagai ancaman regional karena keterkaitannya dengan Iran, juga mendukung langkah langkah yang diambil untuk melemahkan kelompok tersebut. Dengan demikian, konflik ini tidak hanya menyangkut dua aktor utama, Hizbullah dan Israel, tetapi juga melibatkan berbagai kekuatan internasional yang mempengaruhi stabilitas kawasan.

Analisis Aktor-Aktor Hubungan Internasional

Dalam analisis konflik ini, penting untuk mengidentifikasi aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional. Hizbullah sebagai aktor non-negara memainkan peran sentral, tidak hanya dalam konteks lokal di Lebanon tetapi juga dalam geopolitik regional. Hizbullah berfungsi sebagai perpanjangan tangan Iran yang memberikan dukungan finansial, pelatihan, dan persenjataan. Hubungan antara Iran dan Hizbullah didasari oleh kepentingan strategis kedua belah pihak. Iran melihat Hizbullah sebagai alat untuk memperluas pengaruhnya di Lebanon dan menghadapi Israel, sementara Hizbullah memanfaatkan dukungan Iran untuk memperkuat posisinya di dalam negeri dan meningkatkan kapasitas militernya. Dukungan Iran tidak hanya terbatas pada aspek militer. Iran juga berperan dalam memfasilitasi hubungan Hizbullah dengan aktor lain di kawasan, termasuk kelompok-kelompok paramiliter di Irak dan Suriah. Hal ini menciptakan jaringan aliansi yang memperkuat posisi Hizbullah dalam menghadapi Israel dan negara-negara Sunni lainnya, terutama Arab Saudi. Hubungan ini telah membentuk sejarah panjang konflik yang melibatkan berbagai aktor, serta memengaruhi strategi keamanan Israel dalam merespons ancaman yang ditimbulkan oleh Hizbullah. Selain Iran, negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi juga berperan dalam konflik ini. Amerika Serikat secara aktif mendukung Israel dalam upaya memperkuat keamanan nasionalnya, termasuk menyediakan bantuan militer. Dukungan ini bertujuan untuk mengimbangi pengaruh Iran di kawasan dan menekan aktivitas Hizbullah. Sementara itu, Arab Saudi melihat Hizbullah sebagai ancaman, mengingat hubungan dekatnya dengan Iran dan dukungan Syiah terhadap kelompok yang dianggap ekstremis. Strategi media Hizbullah juga memainkan peran penting dalam membentuk narasi dan dukungan publik, baik di dalam maupun di luar Lebanon. Di tingkat internasional, organisasi seperti PBB juga terlibat dalam upaya meredakan ketegangan di kawasan. Namun, upaya tersebut sering kali terhambat oleh perbedaan kepentingan antara aktor-aktor besar, serta kompleksitas politik di Lebanon dan sekitarnya. Misalnya, Resolusi 1701 PBB yang diadopsi setelah Perang Lebanon 2006 berusaha untuk menghentikan kekerasan dan mengatur perbatasan, tetapi implementasinya sering kali terhalang oleh ketegangan yang terus berlanjut. Meskipun Hizbullah kini terlibat dalam politik Lebanon, ketegangan yang ada antara Hizbullah dan Israel tetap menjadi tantangan besar bagi stabilitas nasional.

Analisis Keterkaitan dengan Konsep Hubungan Internasional

Dalam analisis ini, beberapa konsep dari mata kuliah Pengantar IImu Hubungan Internasional dapat diterapkan untuk memahami dinamika konflik antara Hizbullah dan Israel. Salah satu konsep yang relevan adalah peran aktor-aktor dalam hubungan internasional. Aktor utama dalam konflik ini termasuk Hizbullah scbagai aktor non-negara, Iran scbagai negara sponsor, dan Israel sebagai negara yang terancam. Interaksi antara ketiga aktor ini menunjukkan bagaimana kekuasaan dan pengaruh berfungsi dalam sistem internasional, di mana aktor non Negara seperti Hizbullah dapat memiliki dampak yang signifikan. Selanjutnya, konsep kedaulatan negara yang berakar pada prinsip-prinsip Westphalia juga relevan. Meskipun Hizbullah beroperasi di dalam wilayah Lebanon, dukungan Iran memperluas pengaruhnya melampaui batas-batas negara tersebut, menantang kedaulatan Lebanon. Transformasi Hizbullah menjadi partai politik sah di Lebanon menggambarkan perubahan dalam peran aktor non-negara di kancah intemasional. Hal ini menimbulkan tantangan bagi pemerintah Lebanon dalam menjaga kedaulatan nasional ditengah pengaruh asing. Konflik ini juga dapat dianalisis melalui lensa teori balance of power. Dukungan Iran kepada Hizbullah bertujuan untuk menyeimbangkan dominasi militer dan politik Israel di kawasan, sementara Amerika Serikat dan Arab Saudi berusaha mengimbangi pengaruh Iran di Timur Tengah. Interaksi antara negara-negara ini mencerminkan dinamika keseimbangan kekuatan yang terus berkembang di kawasan. Selain itu, strategi deterrence yang diterapkan oleh Israel juga menjadi bagian penting dalam analisis ini. Israel meningkatkan kapasitas militer dan mendapatkan dukungan internasional untuk mencegah serangan Hizbullah. Namun, dukungan Iran kepada Hizbullah justru memperburuk situasi dengan menciptakan security dilemma, di mana langkah pertahanan yang diambil oleh Israel dipandang sebagai ancaman oleh Hizbullah dan Iran. Hal ini kemudian memicu tindakan balasan yang meningkatkan ketegangan antara kedua belah pihak.

Konflik antara Hizbullah dan Israel mencerminkan kompleksitas interaksi antara aktor-aktor dalam hubungan internasional, dengan dimensi lokal, regional, dan internasional yang saling terkait. Hizbullah, sebagai aktor non-negara yang didukung oleh Iran, telah memainkan peran penting dalam dinamika politik Lebanon dan geopolitik Timur  Tengah. Dukungan Iran terhadap Hizbullah memberikan kekuatan tambahan yang memengaruhi strategi keamanan Israel, sementara keterlibatan negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi memperburuk ketegangan yang ada. Dalam konteks hubungan internasional, konsep-konsep seperti kedaulatan negara, keseimbangan kekuatan, dan security dilemma sangat relevan untuk memahami dinamika konflik ini. Tantangan yang dihadapi Lebanon, baik dari segi keamanan maupun ekonomi, menunjukkan betapa kompleksnya isu yang dihadapi negara tersebut di tengah pengaruh asing dan perpecahan internal. Ke depannya, peran aktor-aktor internasional dan upaya mediasi perlu ditinjau secara kritis untuk memastikan efektivitasnya dalam meregakan ketegangan serta mewujudkan stabilitas di wilayah tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline