Lihat ke Halaman Asli

Pesan Lingkungan? Titipkan pada Seniman (Mengenang Slamet Gundono)

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13889031251088073250

Ketika tadi pagi iseng baca timeline twitter, menemukan kabar bahwaSlamet Gundonotelah berpulang. Saya kemudian googling dan menemukan beritanya di1,2,3 Ingatan langsung melayang ke akhir tahun 2007. Saat saya dan timYPBBmenjadi tim Zero Waste Event di acaranya tahunan UPLINK di Tugu Proklamasi (Tuprok) Jakarta. Selama sekitar seminggu kami memfasilitasi proses pengelolaan sampah di kegiatan tersebut dengan jalan meminimalkan sampah dari awal (perwakilan tim sudah merapat bareng panitia beberapa bulan sebelum kegiatan) dan juga mengajak pengunjung dari awal untuk memisahkan sampahnya. Cerita tentang keseruan mengelola event tersebut kapan-kapan saya ceritakan. Narsis dulu bareng tim inti Bandung, sebagai yang paling cantik :) (selain kami ber-5 ada puluhan relawan Jakarta juga yang terlibat) Mohon maaf mukanya lalusuh, karena ini hari kepulangan kami ke Bandung setelah satu minggu bertugas.

[caption id="attachment_304049" align="aligncenter" width="320" caption="Tim ZWE - Tuprok 2007: Hari, Ardi, Mocha, Anil, Dody (ki-ka)"][/caption] Balik lagi ke cerita tentang Slamet Gundono. Di acara tersebut, kami dapat kesempatan untuk menyelipkan pesan lewat berbagai jalur tentang pengelolaan sampah dan terutama ajakan kepada pengunjung untuk aktif memisahkan sampah dari awal. Salah satu jalur yang bisa diakses adalah para talent pengisi panggung. Dan salah satu seniman yang tampil di panggung adalah grup wayang suketnya Slamet Gundono. Saya awam terhadap seniman-seniman (kecuali yang lalu lalang di TV dan itupun gak semua hafal). Tapi kemudian mendapatkan gambaran sekilas bahwa dia seniman yang cukup diperhitungkan dan menggunakan pertunjukan wayang sebagai media penyampaian kritik-kritik cerdasnya. Gak terlalu paham juga sih, tapi ya cuek aja hehehe. Di sela-sela mas Slamet check sound, saya berkesempatan ngobrol sebentar tentang poin-poin yang ingin disampaikan.  Sebentar tuh, beneran sebentar. Gak lebih dari 10 menit dan kemudian saya diminta untuk menuliskan poin-poin penting pesannya.

[caption id="attachment_304050" align="aligncenter" width="240" caption="Slamet Gundono (alm) saat check sound di acara tahunan UPLINK - 2007"]

138890347192484160

[/caption] Sesudah diskusi tersebut, saya balik lagi ke kesibukan utama yaitu mengelola relawan dan perangkat lainnya di dalam sistem Zero Waste Event. Dan sama sekali gak kepikir tentang bagaimana si pesan tentang pengelolaan sampah itu akan disampaikan lewat pagelaran wayang nanti malam. Malamnya saya nonton wayangnya dan sambil harap-harap cemas menanti sisipan pesan pengelolaan sampah. Dan taraaaaaaa.....di tengah cerita, tiba-tiba ada cerita yang dimainkan oleh salah satu pemain yang menceritakan bahwa sampah itu memang perlu dikelola dan dipisahkan. Lupa persisnya bagaimana itu disisipkan, yang pasti itu gak terlalu ketara sebagai pesan sponsor. Nyampur dengan jalan cerita yang ada. Ih, keren! [caption id="attachment_304051" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Pertunjukan Wayang di acara tahunan UPLINK - 2007"]

1388903602137293958

[/caption]

[caption id="attachment_304052" align="aligncenter" width="304" caption="Tampak Slamet Gundono (alm) saat menjadi dalang di acara tahunan UPLINK 2007"]

13889038202090567891

[/caption] Jadi selain MC acara yang sepanjang minggu bolak-balik sampaikan pesan sponsor: "Mari pisahkan sampah yang anda dihasilkan pada 20 titik pemisahan sampah yang ada di area Tuprok" dan juga aneka media komunikasi lainnya,  mas Slamet melengkapi proses reminder itu lewat pertunjukannya. Yeay, hebat! Sumber foto: Dokumentasi YPBB Tulisan juga dipublikasi di sini



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline