Lihat ke Halaman Asli

Stop Normalisasi Kelakuan Buruk Anak dengan Alasan "Namanya Juga Anak-Anak

Diperbarui: 12 Oktober 2024   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Fenomena menganggap bahwa perilaku buruk anak-anak adalah hal yang wajar dengan alasan "namanya juga anak-anak" sudah menjadi hal yang umum di masyarakat kita. Kita sering kali melihat anak kecil yang berperilaku nakal, berteriak, atau bahkan melanggar aturan, dan orang dewasa di sekitarnya justru merespons dengan toleransi berlebihan. Namun, penting untuk kita pertimbangkan bahwa perilaku tersebut, jika terus dibiarkan tanpa pembenahan, bisa membentuk karakter dan pola pikir anak di masa depan.

Anak-anak adalah makhluk yang penuh rasa ingin tahu. Mereka belajar dari lingkungan sekitar dan dari setiap pengalaman yang mereka alami. Ketika kita terus membela perilaku buruk mereka dengan alasan bahwa mereka masih kecil, kita sebenarnya sedang mengajarkan mereka bahwa tidak ada konsekuensi dari tindakan yang salah.

Jika anak-anak merasa bahwa semua perilaku mereka bisa diterima tanpa adanya batasan, mereka akan menganggap perilaku buruk itu normal. Misalnya, jika seorang anak berteriak atau merusak barang dan dibiarkan begitu saja, ia akan belajar bahwa tindakan tersebut tidak ada masalah.

Ketika anak-anak tidak diajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, mereka akan kesulitan memahami konsekuensi dari tindakan di masa depan. Ini bisa berdampak pada kemampuan mereka untuk bersikap sopan dan bertanggung jawab di lingkungan sosial yang lebih luas.

Anak yang tidak belajar batasan sejak dini mungkin akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-teman seusianya. Mereka mungkin tidak memahami etika dan norma sosial yang diperlukan untuk berhubungan dengan baik dengan orang lain.

Sebagai orang tua, pengasuh, atau orang dewasa yang berinteraksi dengan anak-anak, penting untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dan membangun batasan yang sehat. Ini bukan berarti kita harus menjadi terlalu keras atau otoriter, tetapi kita perlu memastikan bahwa anak-anak memahami bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi.

Penting untuk mengajarkan anak-anak untuk memahami perasaan orang lain. Misalnya, jika mereka melukai teman, ajarkan mereka untuk meminta maaf dan menjelaskan mengapa perilaku mereka tidak bisa diterima.

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Tunjukkan perilaku yang baik dan ajarkan mereka bagaimana bersikap baik terhadap orang lain. Ketika mereka melihat contoh yang positif, mereka lebih mungkin untuk menirunya.

Buatlah aturan yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima. Ketika anak melanggar aturan, berikan konsekuensi yang sesuai. Hal ini akan membantu mereka memahami pentingnya mengikuti batasan dan norma yang ada.

Mengabaikan perilaku buruk anak-anak dengan alasan "namanya juga anak-anak" tidak hanya merugikan mereka, tetapi juga lingkungan di sekitar mereka. Kita perlu menyadari bahwa anak-anak adalah generasi masa depan yang akan membawa nilai-nilai dan sikap mereka ke dalam masyarakat. 

Dengan memberikan pendidikan yang baik, mengajarkan batasan, dan memperkuat nilai-nilai positif, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan berempati. Mari kita berhenti menormalisasi perilaku buruk dan mulai mengedukasi anak-anak kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan untuk masyarakat yang lebih baik di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline