Tasyakkur yang mendatangkan
dosa
Syukuran atau tasyakur sering kali dilakukan oleh masyarakat Indonesia, lebih-lebih masyarakat kawasan Jawa dan sekitarnya. Tetapi alangkah lebih indah jika kita ,engetahui hakikat dari syukur dan mensyukuri. Syukuran dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu syukur hati, syukur lisan dan syukur perbuatan.
- Syukur hati ini merupakan rasa syukur yang ditunjukan untuk pengagungan atau mengagungkan Tuhan yang Maha Esa.
- Syukur lisan merupakan syukur yg dilakukan dengan ucapan hamdalah. Lafadz hamdalah "alhamdulillah". Seyogyanya lafad alhamdulillah ini dapat diucapkan ketika seseorang mendapatkan nikmat bagi dirinya dan juga nikmat bagi orang lain. Ketika nikmat itu hanya diberikan kepada diri sendiri, cukuplah mengucap syukur atau syukron.
- Syukur perbuatan yang biasa dilakukan dengan cara shodaqoh atau membagi sesuatu dengan yang lain.
Ketiga kategori diatas pastinya pernah dilakukan oleh setiap manusia. Akan tetapi berhati-hatilah ketika bentuk syukur yang semula ingin kita lakukan dalam bentuk rasa senang karena nikmat yang diberikan oleh Tuhan berujung menjadi laknat dan dosa. Apa saja bentuk syukur yang menjadikan dosa tersebut?
- Syukur untuk hal buruk. Dalam kitab Tafsir Fadzur Rohman karya Kyai Sholeh darat menyatakan " melarang siapapun mengucaPkan bismillah dan alhamdulillah dalam konteks maksiat, seperti mengawali mencuri dengan bismillah. Selesai memperkosa mengucapkan alhamdulillah dan sebagainya. Karena semua itu tergolong pelecehan ayat Alqur'an.
- Mengucapkan Alhamdulillah hanya untuk kenikmatan diri sendiri. Syaikh Sari Assaqoti salah satu ulama'Islam pernah mendapati pasar yang terbakar habis. Salah satu dari kios pasar tersebut merupakan kios kepunyaannya. Ketika beliau melihat kondisi kios, ternyata kios kepunyaannya masih utuh dan tidak terbakar. Kemudian Syaikh Sari Assaqoti mengucapkan alhamdulillah. Sadar dengan ucapannya, beliau langsung beristigfar dan bertaubat selama 30 Tahun tanpa berhenti. Hal ini terjadi karena beliau sadar tidak memiliki sensitifitas kepada sesama, mengucap syukur diatas penderitaan sesama.
Syukur perbuatan yang berlebihan dan mendatangkan madhorot. Tak jarang kita sering melihat bentuk syukuran. Dari tasyakkur pernikahan, kenaikan jabatan atau sekedar makan-makan dengan sanak saudara. Akan tetapi jangan salah, syukur itu boleh ketika tidak ada unsur-usur buruk di dalamnya. Seperti tasyakkur karena ingin memperlihatkan harta yang dimiliki, kemewahan yg diraih, syukkur karena ingin dipuji dan sifat buruk lainnya. Lebih-lebih melakukan tasyakkur dengan barang yang tidak dihalalkan oleh agama Islam, seperti tasyakkur dengan minum alkohol, makan makanal haram dan juga tasyakkur dengan hasil curian.
Sekian, semoga bermanfaat.
Tulisan ini diambil dari hasil pengajian kajian tafsir Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Nurul Qur'an UNISNU JEPARA yang diisi oleh ustadz Abdul Wahab Saleem .S.os.I,.M.S.I
(ANI KHIKMAWATI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA SEMESTER VI)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI