Darah merah penuhi dada di badan
Bergemuruh tiap tatap kepiluan
Ingin merengkuh
Ingin terus mengayuh
Menuju yang lambaikan uluran
Bumiku berpijak sama
Matahariku demikian pula
Hanya baju luar saja pembeda
Penunjuk identitas muasal
Penanda panggilan
Ibu mengajarkanku kasih pada semua
Yang lahir dari belahan manapun tanah nusantara
Ayah gelorakanku bela angkara
Bagi siapa saja yang ingin runtuhkan negara
Dadaku dipenuhi cinta
Dengan kata-kata dari 5 yang tertera
Mataku hanya memandang 5 pula
Dari gambar yang melekat erat di dada garuda
Pun Jiwaku, tak bisa lepas dari cengkeraman pita panjang
Dua cakar yang erat menggenggam
Satu kalimat sakti penyatu perbedaan
Bhineka Tunggal Ika
Darah pernah tumpah
Nyawa melayangpun pernah
Tugasku menjaga, taat aba-aba
Agar tak ada lagi yang memecah belah
Merah putih harus tetap berkibar
Bumi pertiwi butuh diselamatkan
Dari gerakan pemecah persatuan
Indonesia, padamu kuabdikan
Kucintai negaraku
Kusayangi bangsaku
Kubela sepenuh jiwa raga
Karna aku terlahir dari rahim Pancasila
Anis Hidayatie untuk Kompasiana
Ngroto, 1 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H