Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Dikangeni Lelaki Beristri

Diperbarui: 28 Januari 2021   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

 Gawai pagi bergetar, notif nama di telegram menunjukkan pesan.

"Kangen,"

Pesan yang cukup mengagetkan. Nama lelaki tak asing mampir. Kawan dekat, teman  mengerjakan project bersama. Canda halu sering jadi hiasan chat, tak ada sedikitpun bucin meski sering kata-katanya bikin jatuh hati.

Pandai menggombal, itu ciri khas yang melekat pada mulutnya. Ladies first, perlakuannya pada perempuan juga mendukung kesan mengutamakan. Membukakan Pintu mobil, membawakan tas berat, berada di kanan saat berjalan bersama, tangan terkembang bila di penyeberangan.

Bila tak kenal siapa dia bisa baper mendapat perlakuan demikian. Lelaki itu sosok idaman perempuan yang mirip di novel-novel barat. Perlente, gentle, menjadikan perempuan bak dewi.

Pengamatan akan sikapnya pada perempuan lain membuatku memagari hati dan diri. Dia Cassanova, sehingga gede rumongso, Ge Er, kujauhkan dari rasaku. Hati-hati agar tak jatuh hati. Buka sedikit gawat, dia bakal masuk mengisi ruang rindu yang lain.

Aku tidak mau lagi Dy, laki-laki adalah persoalan terbesar yang harus kujauhi. Meski keseriusan dinyatakan. Timbunan masalah bakal menganga sebesar kawah Bromo kalau aku berani melanggar pagar. Anakku, pun emak mertuaku. Peninggalan suami yang untuknya aku hidup kini. Mereka akan sakit hati kalau aku berani buka hati.

Maka, tidak membuka pintu untuk lelaki baru adalah sikap yang kuambil. Sendiri, tak apa kujalani hidup ini tanpa pasangan lagi. Godaan pada niat itu sedemikian bertubi. Ada saja lelaki yang datang mengajukan pinangan. Namun aku bergeming. Kata orang janda memang lebih menawan. Sampai-sampai ada plesetan akronim korona, komunitas rondo mempesona. Itu setidaknya kubuktikan sudah.

Lelaki datang silih berganti, menjatuhkan hati. Kalau tak waspada bisa menggamitnya. Itu berbahaya, maka yang kulakukan pada lelaki seperti itu adalah ketegasan sikap. Menunjukkan penolakan transparan. Tanpa majas atau perumpamaan. Supaya dia tahu tidak ada kesempatan.

Terkhusus pada lelaki  yang sudah beristri, apalagi dengan model raja gombal. Menolak sambil berpesan untuk mengingat istrinya saja, itu yang sekarang kulakukan padanya yang mengindikasikan pendekatan.

Trauma pernah diperlakukan kurang ajar membuatku bertindak demikian. Menutup peluang, meniadakan ruang perbincangan yang menjurus pada ungkap perasaan. Dibilang lebay, sok jaim aku tak peduli. Terpenting diriku aman dari godaan dan gangguan lelaki hidung belang mata keranjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline