Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Batu atau Berlian

Diperbarui: 13 Januari 2021   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay, geologyin

Dy, pagi ini aku dihadapkan pada perih kenyataan yang sepertinya harus kutanggung. Kehilangan lagi, kepergian lagi, untuk seseorang yang sangat berarti.

Dia merupa berlian nun jauh di seberang lautan. Ingin meraih sebetulnya, mengecup kilaunya, menyimpan berlama di ruang hati, mendampingi hidup ini. 

Janjinya akan memberikan cinta walau beberapa penghalang menghadang ternyata penghias bibir saja, agar aku percaya, bahwa cinta itu masih ada. 

Dy, di tengah kesibukanku memperhatikan batu-batu yang katanya tak berharga, ada ancaman diberikan. Memilih batu atau atau berlian. Hanya karena aku sibuk mengumpulkan batu yang harus kuakui itu tak berharga sama sekali.

Tetapi Dy, hanya batu-batu itu sumber harapanku mengarungi kehidupan untuk sementara waktu ini. Perut yang lapar, kulit yang kedinginan, nafas yang tersengal, butuh asupan darurat untuk kelangsungan eksistensi agar tetap hadir di dunia ini.

Aku tak mungkin pergi mengejar berlian yang hanya memamerkan keindahan, sementara di sini, di bumiku berpijak berlian itu tidak dibutuhkan. Mengejar berlian sama dengan pungguk merindukan bulan.

Kenyataan akan kehilangan berlian meski sungguh menyesakkan lebih kupilih, daripada harus menyingkirkan batu-batu tak berharga ini yang telah sekian zaman berjasa menghidupiku. 

Aku menghargai batu ini, untuk kehidupan sulit yang sedang kujalani. Aku mencintai berlian meski sulit memiliki. 

Maka dy, kalau harus kupilih diantara batu atau kilau berlian yang ditawarkan, kupilih batu, yang telah terbukti bisa menghidupi. Bukan berlian, yang untuk mendapatkannya harus menyingkirkan batu-batu yang selama ini telah kumiliki.

Dy, aku jauh dari ambisi memiliki yang berkilau. Sesederhana itu kehidupanku. Memberikan bakti untuk orang-orang tercinta, walau hanya batu yang kudapatkan bukan berlian yang kilaunya menyilaukan.

Tapi Dy, kenapa aku sekarang ingin menangis? Padahal aku tahu berlian itu sulit kudapatkan. Saat kilaunya mulai pudar, saat tawarnya tak lagi dalam pemberlakuan, kurasakan akan kehilangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline