Atas sebuah keinginan memberi kebaikan abadi, bertengger sebuah Kafe di atas lumpur laut, pinggir pantai. Satu upaya yang memperoleh cibiran banyak orang mulanya, dari mereka yang punya pikiran underestimate, daerah tersebut bisa dikelola.
Bagaimana tidak, lokasi itu tidak menarik sama sekali, hanya menjadi tempat nelayan menyandarkan perahu ketika tidak pergi melaut mencari ikan. Tempat yang becek, berlumpur jauh dari kata layak menjadi lokasi kafe, apalagi obyek wisata.
Kini, Kafe yang berada di atas lumpur pantai itu terlihat ramai selalu. Pengunjung berdatangan sejak belum dibuka bahkan. Untuk menikmati elok matahari terbit. Baru kemudian saat pukul 9 "resmi" duduk lesehan di Kafe Laut Semare.
Sebuah kafe kokoh, perpaduan bahan dari bilah bambu dan kayu. Dengan sekitar 14 meja lesehan 5 booth makanan berbagai menu. Mulai dari lalapan, ayam geprek, bubur kacang hijau, bakso, aneka kudapan sea food panggang atau goreng hingga booth minuman. Menyajikan rupa-rupa jus buah, kopi tentu saja panas atau dingin dan minuman lain layaknya di kafe-kafe kota.
Kafe itu dinamakan CLS, Cafe Laut Semare. Tempat dengan pemandangan menakjubkan. Selat madura terhampar membentang di hadapan, siap diarungi perahu nelayan atau pengunjung hanya dengan tarif Rp.10.000. Menuju laut lepas untuk berburu melihat kumpulan hiu tutul yang konon kadang menari menampakkan diri.
Gugusan hutan bakau menghijau dengan burung bangau yang menghuni di dalamnya menambah pesona rupawan. Eksotis, itu yang saya rasakan ketika berkunjung ke sana.
Kehadiran Kafe ini memberi pengaruh sangat baik terhadap masyarakat desa Semare Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jatim secara ekonomi. Masyarakat kini mempunyai pilihan lain dalam mengais rezeki. Tak hanya menggantungkan dari profesi sebagai nelayan, namun juga mulai melirik sektor wisata ini. Tukang parkir, penjual makanan, menyewakan perahu, edukasi tentang laut dan mangrove, pun melihat orang membuat perahu.
Hal baik yang timbul itu tak lepas dari tangan dingin Kepala Desanya, Yajid. Sosok rendah hati, yang meski tak pernah mengenyam pendidikan formal karena hanya di pondok pesantren namun ide, gagasan dan aksinya cukup mengesankan.
Pernah nyantri di berbagai tempat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Membuatnya cukup visioner. Gemblengan sebagai leader santri di berbagai pesantren rupanya sangat mewarnai ide dan gaya kepemimpinan. Agar bermanfaat untuk umat, itu yang menjadi ruh dari setiap langkah pembangunan yang disentuhnya.
Ini saya tangkap dalam beberapa kali wawancara untuk kepentingan pembuatan buku, Eksotis Semare. Lelaki yang lahir pada 29 Juli 1969 Itu pernah menyebutkan, apapun yang diupayakan sebisa mungkin membawa dampak positif bagi masyarakat desanya. Anfa uhu linnas. Bermanfaat untuk orang lain. Termasuk dalam membangun kafe dengan nama Cafe Laut Semare ini.
Dengan alasan itulah saya mengambil lelaki ini sebagai sosok inspiring. Mengupas ketokohannya, dan peranannya yang terus dia tunjukkan sejak dia masih hidup sebagai energi CLS, Cafe Laut Semare. Hingga dia meninggalkan dunia, dengan jejak baik yang terus mengalirkan manfaat untuk penduduk desanya.