Ramadhan datang, rutinitas yang selalu menghampiri setiap tahun. Dengan ritual sama berulang. Puasa, menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga matahari merautkan pesona jingga, pulang digantikan bintang dan bulan.
Namun kali ini, bulan yang dirindukan sangat oleh kaum muslim beriman itu harus tak kita rayakan gempita. Tak ada patrol sahur, tadarus bersama, bahkan shalat jamaah tarawih yang hanya ada di bulan ini. Corona merampas semuanya. Hingga yang tersisa adalah ibadah sunyi. Di rumah sendiri.
Meski demikian, penantian 11 bulan ini bukan lantas kehilangan makna. Berkah Ramadhan tetap bisa kita dapatkan. Mensyukuri pertemuan dengan Ramadhan. Inilah yang saya rasakan. Tak ada bulan sebaik ini untuk menyucikan diri, meraih ampunan, mendekat pada Tuhan dengan janji berlipatnya ganjaran.
Bulan yang menjadi perburuan seluruh umat muslim dunia untuk mendapatkan keutamaan. Saat pintu langit dibuka, saat restu atas segala pinta manusia digantungkan. Dimana harapan mengumpul menjadi doa-doa dan kemudian Ramadhan mengirimkan berkahnya.
Itulah yang sedang ingin saya peroleh juga. Meraih berkah Ramadhan dengan meretas pintu langit, untuk memperoleh ampunan,lalu memperoleh restu Tuhan atas seluruh ibadah yang saya lakukan.
Lewat upaya-upaya, lewat keinginan yang tersimpul menjadi doa harapan. Untuk meraih itu semua, maka inilah keinginan yang saya pintakan kepada pemilik pintu langit, Allah Subhanahu Wa ta'ala, untuk Ramadhan tahun ini,
Pertama, Puasa Sempurna
Hitungan sebulan adalah mutlak bagi siapa saja yang ingin meraih berkah Ramadhan. Terhitung lulus menjalani ibadah yang hanya dipersembahkan pada Tuhan ini. Namun sebagai wanita yang belum menopouse saya sadar betul itu tak mungkin terjadi. Ada hari dimana saya harus libur, menggantinya di hari lain.
Maka itu saya katakan puasa sempurna. Yakni sesuai keadaan diri sebagai wanita. Puasa sesuai hari yang diberikan Tuhan, sempurna melakukannya, tidak ada alasan bolong diluar ketentuan. Kalaupun harus libur tak mengapa, ada hari lain untuk mengganti. Tanpa kehilangan esensi bulan suci. Berkah Ramadhan tetap bisa kita dapatkan, dengan memperbanyak ibadah lain. Semisal Sholawat dan berdzikir.
Ketika menemui haid itu, maka satu tekat tertanam yakni memperbanyak kulum istighfar. Mengingat timbunan salah dan dosa yang memenuhi sekujur jiwa raga ini.
Kalau rasul saja yang terjamin makshum, dijaga dari dosa , mau beristighar apa lagi saya. Yang berlumur daki dosa.Ini dikuatkan sebuah hadis dari Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak pernah waktu pagi saya lewati kecuali saya membaca istigfar 100 kali." (HR. At-Thabrani).
Mestinya, saya harus lebih banyak lagi mengucap istighfar. Diucapkan, diresapi dalam-dalam maknanya. Memohon ampunan sepenuh jiwa raga untuk tak lagi mengulang salah dan dosa. Agar selalu dalam bimbingan Tuhan ketika menjalani kehidupan di dunia, demi kebaikan hingga akhirat kelak.
Ramadhan bulan ampunan, ingin betul saya meretas pintunya, mendapatkannya. Dengan sucinya diri, harapan besar terkabul semua doa yang dipanjatkan akan didapatkan. Berkah Ramadhan memungkinkan semua itu terjadi. Bismillah.