Terlibat jauh dalam kegiatan literasi sungguh hal yang mampu menghangatkan pori-pori. Apalagi saat lockdown begini, kebiasaan jalan-jalan literasi harus ditahan. Menumbuhkan kerinduan pada binar mata yang selalu suka dengan membaca. Bahagia bila bertemu buku, juga bersemangat kala mendapat ilmu, sharing, berdiskusi tentang penulisan.
Lalu menjadikannya sebuah karya. Konsumsi online maupun cetak. Menjadikan buku untuk dokumentasi pribadi atau dijual. Itu biasa saya dapatkan dalam perjalanan. Ke kampung-kampung yang ada atau sedang dalam usaha merintis taman baca, ke sekolah-sekolah yang punya kegiatan literasi atau ke komunitas untuk sekedar berdiskusi. Tentang hal terkini yang mereka lakukan, lalu menjadikannya bahan tulisan. Sungguh menggairahkan.
Itu pula yang membuat saya bersemangat terlibat dalam sebuah proyek mimpi dalam literasi. Memecahkan rekor MURI, bersama penulis dari beberapa daerah di Jawa Timur. Menerbitkan 2000 judul buku November nanti.
Mengajak penulis berpartisipasi saat situasi seperti ini sebetulnya bukan hal mudah. Bagaimana mereka mau bergabung kalau tak ada kepercayaan?
Tak kenal maka tak sayang, mestinya saya sowan dulu pada mereka, meminta kesediaan. Itu yang biasa saya lakukan ketika akan memulai sebuah project. Datang, tatap muka, membahas ide, merencanakan, baru eksekusi.
Namun kali ini hal tersebut tak bisa saya lakukan. Covid-19 menghalangi, sehingga media sosial akhirnya menjadi satu satunya andalan menyosialisasikan kegiatan. Melalui grup-grup literasi yang saya ikut di dalamnya. Gayung bersambut, rupanya kawan-kawan penulis Jawa Timur terketuk, antusias mengikuti acara.
Lewat KNP, Komisi Nasional Pendidikan. Sebuah lembaga yang di Jawa Timur dilantik dan dikukuhkan oleh Bapak Gubernur Jawa Timur pada 13 Juli 2017.
Bekerja dengan sebuah amanah dari Bapak Menteri Koord Pembangunan Manusia & Kebudayaan (PMK) untuk menjadikan Propinsi Jatim sebagai Pilot Project Literasi Nasional.
Tentang KNP ini Pak Kunjung, ketua wilayah jatim, menjelaskan bahwa keberadaanya merupakan Lembaga Pendidikan yang menjadi mitra dari Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag Agama untuk mewujudkan ide - ide terkait pengembangan literasi juga hal-hal lain yang berhubungan dengan pendidikan. Antara lain mengadakan workshop, lomba literasi atau menerbitkan buku bagi guru-guru secara free, alias gratis. Sesuatu yang membuat saya tertarik karenanya.
Pertemuan dengannya ketika saya diundang MAN Bojonegoro untuk menjadi narasumber kepenulisan mengawali langkah ini. Dikenalkan Kepala Sekolah, Pak Saifuddin. Pak Kunjung membeberkan agenda gerak menggiatkan literasi di Jawa Timur.
Berawal dari Magetan yang dalam waktu singkat mampu menerbitkan 600 judul buku. Disupport Pak Hersan pemilik sebuah penerbitan di Jakarta yang sudah berpengalaman selama 25 tahun. Yang ingin berbuat sesuatu di akhir usia, lewat literasi. Jadilah perjalanan bolak balik Jakarta-Magetan seperti dekat saja. Untuk memberi semangat dan mendampingi penulis menghasilkan karya.
Hingga langkahnya terdengar birokrat. Disiapkan lahan khusus untuk dibuat tempat kegiatan literasi. Segala hal disediakan di sana. Mulai tempat menulis hingga cluster pertemuan. Tempat literasi Fiesta maunya. Untuk hal ini, Bupati Magetan concern mewujudkan.