Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Berbagi, Tak Perlu Menanti

Diperbarui: 14 Maret 2020   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PWMU.co


Amazing,  itu satu kata yang saya ucapkan berulang mengiringi pekik masya Allah yang keluar dari gumam mulut saya.  Bertemu dengan orang-orang luar biasa denga inspirasi berbagi yang luar biasa pula.  Hanya dalam hitungan hari, orang-orang ini ada dalam lingkaran saya.  Sesuatu yang membuat merinding bulu roma. Menularkan semangat ingin berbuat seperti mereka juga.

Berbeda orang,  berbeda budaya,  berbeda tempat tinggal, berbeda agama namun dalam satu ruh tunggal. Berbagi,  orang-orang ini sangat meyakini bahwa berbagi adalah lingkaran kebaikan yang tak ada ujungnya. 

 Yang berakhirnya akan kembali pada mula, yang efeknya bisa memberikan cahaya hingga jauh ke luar lingkaran tersebut. Bahagia ketika mampu membuat orang bahagia. Ini kesimpulan yang saya ambil setelah bercengkerama, bergaul,  dan menjadi bagian dari misi mereka.

Berbagi Yuk

Pertama  adalah kesepakatan dengan Widz Stoops. Hari itu,  tepatnya 27 Januari 2020 lalu dia mengatakan ingin berbagi pada sesama. Untuk mereka yang kurang beruntung, dalam rangka selebrasi anniversary bertambahnya usia. Juga ingin mentraktir para penulis yang bersedia menulis untuk yang tak punya. Sehingga saya dan dia sepakat mengadakan widz event, awal Februari lalu, melalui KPB,  Komunitas Penulis Berbalas.

Sukses,  alhamdulillah mampu memenuhi keinginannya,  memberikan Inspirasi pula pada banyak orang untuk berbagi. Entah sekedar menulis,  memberikan sumbangan uang,  pakaian, makanan atau lainnya untuk mereka yang kurang beruntung. 

Menjadi gerakan luar biasa,  untuk lahirnya embrio semangat berbagi. Tanpa pandang bulu,  berdasarkan urgensi perlu dibantu saja.  Widz mengatakan bila kita membantu mereka  tanpa pamrih apa-apa maka kebaikan akan kembali ke kita,  seperti lingkaran tak berujung. Yang kita tanam akan kita tuai,  bergulir terus. 

Elang Salamina, doc. pri

Kembali kepada yang menanam.

Kedua adalah pertemuan dengan pengusaha dan anggota dewan lombok di Jakarta. Sebagai penulis dan konsultan sosial saya datang hari itu. Bahwa ada aroma bisnis yang diusung dari meeting itu tidak saya pungkiri.  Secara Pak Herman,  sebagai distributor tunggal mesin perahu Parsun di Indonesia membicarakan sisi prospek penjualan produknya di Indonesia. 

Dengan Pak Makrus atau yang sekarang dikenal sebagai Pak Edy Soemitro, pengembang yang sekarang sedang dipercaya membangun seribu rumah korban gempa lombok.

Anis Hidayatie, doc.pri

Sedangkan anggota dewan yang datang dari Lombok Utara datang dalam upaya diskusi memetakan apa saja kebutuhan masyarakat nelayan yang perlu disegerakan pemenuhannya. 

Sebagai bentuk bantuan untuk masyarakat.  Sisi lain dari upaya berbuat sesuatu untuk sesama di antara kegiatan padat yang mereka lakukan selama kunjungan ke Jakarta.

Dalam pandangan Pak Herman, berbagi,  memberikan sesuatu kepada orang lain adalah keharusan. Agar sisa hidup bisa berarti. Tak peduli pada siapapun,  asal membutuhkan, uluran tangan harus kita berikan. Meskipun pada mereka dengan latar belakang agama, budaya,  atau etnis yang berbeda. Untuk kemanusiaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline