Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Menatap Sebenar-benar Senja di Langit Semare

Diperbarui: 29 Februari 2020   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anis Hidayatie doc. pri


Langit bersih sore itu,  tak nampak tanda akan datang hujan, cerah tanpa noktah mendung menggantung.  Jumat 28 Februari  2020 saya putuskan menjawab spontan ajakan Bu Lestari. Sang ketua MGMP Bahasa Indonesia untuk datang, menengok, meliput kafe yang berulang kali saya datangi itu. CLS,  Cafe Laut Semare.

Sesudah acara antar mengantar surat undangan untuk acara " Workshop Peningkatan Mutu Kepenulisan" yang akan digelar KomalkuPas, Komunitas Menulis Buku  Pasuruan tgl 8 Maret mendatang kepada beberapa orang penting di daerah Pasuruan. Kepala dinas Pendidikan,  Kepala,  Dinas Perpustakaan dan Kearsipan juga kepada Ketua Dewan.

Diterima Pak Eben,  Dinas Perpustakaan dan kearsipan  kab. Pasuruan  (dokpri)

Saya agendakan mengunjungi Kafe di tepi laut selat madura itu nanti,  lepas meliput pameran seni rupa di perpustakaan kota Pasuruan.

Disambut panitia pameran seni rupa (dokpri)

Belum usai acara sebetulnya, ketika saya memutuskan untuk  pamit segera menuju ke Semare. Belum sholat asar,  itu alasan utama.  Ingin saya menunaikannya di Kafe sembari menikmati  kuliner serta menyaksikan langsung sunset di sana.  Sesuatu yang saya sangat suka melakukan.  Memandang matahari tenggelam tanpa halangan,  ditelan laut lepas. 

Anis Hidayatie, doc. pri

Keindahan yang saya selalu rindu saksikan.Tiba disana,  saya paksa bu Lestari menuju anjungan baru, Bangunan yang masih Berupa papan gladak dan atap.  Loss tak ada pagar pembatas. 

 Duduk di tepian, memandang hamparan air nan luas membentang,  menumbuhkan kagum sangat akan ciptaan Tuhan ini. Tenang,  damai, perasaan tetiba hadir demikian.  Sedang surut airnya,  gulungan ombak tak seperti biasanya. Perahu nelayan hanya beberapa yang  melaut,  banyak yang ditambatkan saja di dermaga kecil berlumpur desa Semare. Termasuk lokasi CLS,  Kafe Laut Semare.

Anis Hidayatie doc. pri

 Menikmati makan sambil bercengkerama dan memandang laut serta menghirup udara senja sungguh nikmat rasanya. Satu kotak nasi,  yang saya bawa dari acara pameran seni rupa tandas. Begitu pula bekal batagor yang dibawa bu Lestari,  Fatur bersedia bantu menghabiskan,  hanya Sam saja yang enggan ikut makan-makan.

" Kenyang saya bu,  tadi sudah makan bakso beranak di Kafe ini sebelum njenengan datang."

Lalu cengkerama sambil membincangkan acara Workshop menjadi bagian dari menikmati  senja sore itu.  Gayeng,  hangat, akrab,  beberapa langkah serta solusi mengatasi masalah terkait persiapan berhasil kami rembug kan,  menemukan jalan keluar.  Situasi kafe yang nyaman,  membuat kami betah berlama-lama menikmati keindahan alam laut yang tersaji di hadapan.  

Anis Hidayatie doc. pri

 Belum puas kami memandang,  lelaki muda,  yang menjadi bagian dari petugas kafe mendatangi. " Maaf kafe akan kami tutup.  Mohon segera mennyelesaikan kunjungan."

Anis Hidayatie, doc.pri

Ini tentu saja mengherankan,  tidak seperti  biasanya.  Kafe ini buka untuk pengunjung bersantap hingga pukul 10  malam biasanya,  bahkan lebih untuk akhir pekan. Hanya tutup kalau kamis malam secara Pak Yajid,  kepala Desa yang juga tokoh penting di balik berdirinya Cafe Laut Semare menginginkan warganya menghormati malam jum'at. 

 Sebagai hari raya para hari,  fokus kegiatan keagamaan. Seperti khataman atau tahlilan."Ada apakah?  Tumben." Tanya saya menyelidik pada lelaki muda di hadapan.

" Ada yang meninggal bu?"

" Siapa? Mengapa sampai harus menutup kafe?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline