Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Puisi | Tuan, Kulinangkan Hormat Ini

Diperbarui: 28 Februari 2020   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anis Hidayatie

 Belum cukup lelah mestinya perjalanan ini untuk istirahat, namun dahan Kamboja rupanya cukup pandai merayu untuk sekedar pemberhentian, rehat sejenak maunya,  menarik nafas dalam,  menghirup aroma wangi yang melupakan ramai keinginan.Maka tertidurlah dia dengan bantal kelopak putih semburat kuning,  senyum terkembang,  nyenyak sangat diisyaratkan. Sirna gurat penat,  lupa akan kelelahan yang sempat mampir membisikan ajakan sandar di dahan kokoh tak bertuan.

Sunyi dia nikmati,  sepi dia akrabi. Tak butuh uluran tangan,  tak pula perlu diangkat badan. Rebah yang nikmat,  rebah yang menafikan seluruh keributan duniawi. Padahal rencana-rencana telah dia susun sedemikian rupa. Tak sayang dia lepaskan, rela dia tinggalkan.

Jamaah cahaya menanti,  wangi melati dihampiri,  singgasana berukir permata budi siap diduduki,  untuk tuan yang rela mengebiri nafsu duniawi, demi indah abadi yang dia yakini ada janji dipenuhi.  

Kulinangkan hormat ini untuknya. Tuan yang tak pernah mengenakan jubah jabatan,  yang rela menapakkan kaki telanjang demi tahu rasa lumpur menggelitiki telapak kaki.  Maka untuknya,  tuan itu. Aku beserta yang pernah dia imami,  kan menghantarkannya pergi, menuju  peraduan terindah yang kan dia cecapi.  Dengan hidangan lezat ditemani para bidadari.  
Bangil, 28/02/2020

Anis Hidayatie, doc.pri

 Untuk Pak Yajid,  inspirasi Semare, Innalillahi wa inna ilaihi raa ji un,  lahul faatihah. 

Anis Hidayatie, doc. pri

 



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline