Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Menyaksikan Reuni Liburan Afatar dengan Getar Kerinduan

Diperbarui: 25 Desember 2019   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anis Hidayatie, doc. Pri

Menyaksikan Reuni Liburan Afatar Dengan Getar Kerinduan

Reuni, siapakah yang menyangkal bisa menjadi tempat lepas berhaha hihi? Tak ada,  saya yakin semua orang sepakat dengan hal ini. Bertemu kawan lama, bercerita tentang masa lalu, dengan kenakalan dan keseruan yang menyertai,  menumbuhkan rasa muda kembali.  

Itulah aura yang selalu saya dapatkan ketika bersua kawan. Keakraban, pelukan, tangis haru mengiringi dukungan yang senantiasa diberikan selalu saya dapatkan ketika bersua dengan mereka. Rasa ingin mengulang memori itu demikian kuatnya hingga tak terasa polah tingkah bisa kembali seperti jaman muda dulu. Lupa usia, tertawa, berfoto ria,  lepas saja.  

Anis Hidayatie, doc. Pri

Rindu ingin bertemu demikian besarnya. Hingga ketika ada halangan tak bisa hadir,  rasa sedih berkepanjangan,  mengiringi gulir air mata ini, mengalir begitu saja membasahi pipi.  Seperti yang saya rasakan beberapa hari lalu.  Saat tak bisa hadir di acara reuni Afatar.Alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang 1991. Saat libur akhir pekan lalu.

Padahal, telah jauh hari saya mempersiapkan diri untuk  mengikuti acara itu.  Didapuk menjadi MC sedianya.  Konsep dan script acara telah saya rancang dengan kawan, Copex,  Wawa, Inung. Kami telah menyepakati  itu semua untuk dieksekusi pada 15 Desember di Kediri. Basement Gedung Simpang Lima. 

Monumen Simpang Lima Gumul atau biasa disingkat SLG, salah satu bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Kediri replika Arc de Triomphe  Paris, Prancis.

Bungsu saya,  dia adalah alasan terbelenggunya keinginan ini.  Sedih, menangis tentu saja.  Galau ini saya utarakan pada Copex dan Wawa sembari menunjukkan flyer panggilan tes beasiswa untuk anak saya.  

" Aku gak datang gak papa ya. "
" Ngawur! "
" Lha trus yang ngurusi anakku sopo? "
" Kalau memang sangat penting dan tidak bisa di nego lagi, yo yok opo maneh, itu lebih wajib untuk diurusi," Tutur Copex putus asa.  

Aku pun.  Tak ada pilihan, anak adalah prioritas.  Beasiswa itu saya inginkan untuk  kelanjutan pendidikannya. Mendapatkannya melewatkan seleksi ketat,  tinggal satu langkah pintu terbuka,  tidak mungkin saya lewatkan begitu saja.  

Maka ketika hari H, grup WA Avatar saya pantau terus.  Keseruan itu, tawa ceria,  wajah- wajah kawan lama yang telah membersamai dalam suka dan duka mendebarkan jantung saya.  Ingin ini sungguh sangat.  Hadir di antara mereka. Kukatakan hal ini pada Inung,  Icon Avatar,  karib ketika kuliah dulu,  teman makan dalam keterbatasan keuangan. Yang sekarang  telah menjadi Profesor di salah satu PTN Surabaya.

" Dirimu tetap hadir di sini kok.  I know. However we also understand with ur situation." Begitu dia menghibur saya.

Aku rindu,  tak terbantahkan itu. Hanya titik air mata hadir menyaksikan live streaming kegiatan  mereka. Libur akhir pekan yang menyenangkan sebetulnya  tapi saya melewatkan.  Mereka menikmati,  saya mengamati.  Duh  sedih hati ini.  

Nazarotin doc. Pri

Ternyata, bukan hanya keseruan yang mereka pertontonkan.  Kepedulian,  atas nama kebersamaan mereka ungkapkan. Lepas tulisan  bertajuk Jangan Jadi Guru, Jadilah Pekerja Bangunan  di Kompasiana mereka baca, Empati mengalir. Ucapan doa dan dukungan menyemaikan kekuatan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline