"Demi kenyamanan bersama kami informasikan untuk tidak merokok di dalam Kereta, di toilet maupun di bordes. Bagi penumpang yang kedapatan merokok akan kami turunkan di Stasiun terdekat."
Begitu bunyi announce KA Majapahit yang saya tumpangi saat perjalanan menuju Jakarta untuk mengikuti Kompasianival yang akan digelar besok Sabtu malam. Beberapa kali suara itu saya dengar, saya pikir pastilah penumpang sudah sangat familiar karena aturan itu juga tertera di dinding gerbong dalam Kereta Api.
Ternyata ada juga yang bergeming dengan aturan itu. Satu orang terpaksa diturunkan. Dia merokok di dekat pintu keluar, membuka pintu. Hal ini tentu saja mudah terdeteksi. Mengingat asapnya tercium hingga ruangan gerbong. Maka Polsuska terpaksa menurunkannya di stasiun terdekat. Pekalongan. Dari sebelumnya Solo.
"Ini harus kami lakukan, selain untuk menegakkan aturan juga untuk menghormati hak orang lain. Yakni mereka yang tidak merokok."
Begitu jawab polsuska yang berpakaian seragam full biru dongker tanpa baret itu. Dia tak mau disebutkan namanya tetapi membetulkan apa yang saya tanyakan. "Apakah tadi ada yang diturunkan gegara merokok?"
Saya sungguh suka sangat dengan kenyataan ini. Kereta Api berubah drastis dari transportasi kumuh menjadi nyaman begini bukan hal mudah. Pak Jonan berjuang melalui step demi step yang melelahkan untuk hal ini. Sebagai pengguna kereta api selama puluhan tahun saya tahu betul proses ini.
Maka ketika dalam talk show Kompasianival ketika Pak Hanafi berkelakar mengkritisi kebijakan tidak adanya ruang untuk perokok di stasiun, saya dengan serius memberikan acungan dua jempol kepada mantan menteri perhubungan yang sangat mencintai Kereta Api tersebut. Bersambut, Ignasius Jonan, melihat saya dari atas panggung. Maka, dua jempol pula dia acungkan menyambut milik saya yang duduk tepat di depan panggung. Saya bahagia tentu saja, itu artinya salah satu hal penting yang membuat saya menjadikan Kereta Api sebagai angkutan publik terfavorit bakal terus berlanjut.
Arti jempol saya adalah, pertama sepakat Pak Jonan, jangan ada ada ruang merokok di Kereta Api. Mayoritas lelaki Indonesia perokok. Bisa dibayangkan, berapa gerbong yang dibutuhkan untuk itu.
Kedua, mendidik gaya hidup sehat kepada masyarakat. Tidak ada yang menyangkal merokok merusak kesehatan bukan? So, mengapa tidak sekalian kita kampanyekan gaya hidup no smoking dalam masyarakat kita.
Ketiga, mengajak masyarakat pandai menahan diri untuk tidak melanggar aturan. Demi kepentingan bersama.
Keempat, memberi ruang pada hati kita untuk menumbuhkan empati. Merasakan hal yang dialami mereka yang bukan perokok.