Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Asiknya Susur Sungai Welang di Akhir Pekan

Diperbarui: 27 Oktober 2019   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anis Hidayatie (doc.pri )

Diberitahu ada lokasi wisata asik dengan menaiki perahu menuju perbatasan antara sungai dan laut selat Madura membuat saya sangat tertarik. Pagi itu saya diberitahu untuk segera datang, senyampang air sungai masih belum surut. Masih mudah dilewati perahu, sebab makin tinggi matahari biasanya air dingin mulai dangkal.

Berangkat dengan rasa penasaran, datang ke rumah ketua BPD desa, Bunda Pipit, dusun Dung Pasar Tambak Rejo yang rumahnya dekat dengan aliran sungai Welang. Disambut ceria, suaminya telah siap menjadi pengantar jalan- jalan akhir pekan susur sungai welang. 

Anis Hidayatie (doc.pri )

Cekatan mengemudikan perahu, lelaki tegap itu mengagumkan saya. Dengan gagah dia membawa saya dan istrinya serta dua anak kecil tetangga bunda pipit dan seorang teman saya yang terlibat dalam pembuatan buku wisata daerah ini menyusuri sungai Welang. 

Tumbuhan pisang di kanan kiri sungai awalnya banyak saya temukan sebelum akhirnya bersua dengan jajaran rimbun pohon bakau. Sejuk mata ini memandang, senangnya, ada rasa sensasi tersendiri memandang hamparan air dan tetumbuhan di hadapan. 

Belum lagi satwa penghuninya. Burung bangau yang bertengger di dahan bakau, atau yang terlihat berkejaran di angkasa pun yang sedang minum di sungai, menumbuhkan rasa damai di hati ini. 

Hamparan pohon pisang|Anis Hidayatie (doc.pri )

Sesuatu yang berbeda saya rasakan di sana. Seru, seperti sedang berpetualang. Ah jadi ingat film Indiana Jones yang dibintangi Michael Douglas dan Kathleen Turner  jaman saya kuliah dulu. Ada sungai, ada perahu. Meski tidak ada harta karun yang sedang diburu.

Ternyata ada satu lokasi wisata yang sedang menanti di ujung muara sungai Welang ini. Pulau Lusi namanya. Konon merupakan bentukan dari luberan lumpur Lapindo Sidoarjo beberapa tahun lalu. Sebuah pulau yang dihuni oleh sepasang suami istri penjaga saja. Ditugaskan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Anis Hidayatie (doc.pri )

Pulau itu ternyata menjadi tujuan wisata dari beberapa daerah yang memanfaatkan sungai sebagai obyek wisata. Yang saya lihat saat itu ada perahu bermesin, ada speed boat juga yang bersandar di dermaga kecil pulau Lusy. Sesuatu yang sebetulnya menimbulkan gesekan tersendiri antara penjaga pulau, petani tambak dan pelaku wisata.

Perahu bermesin itu ternyata menimbulkan polusi air, kecepatannya mempengaruhi ombak serta kelangsungan budidaya ikan petani tambak setempat dan yang dikeluhkan penjaga adalah masalah pemeliharaan pulau Lusy. Terutama menyangkut kebersihan. Sesuatu yang klise saya temukan di banyak tempat wisata di Indonesia.

Masuk pulau Lusy ini tidak dikenakan retribusi apapun. Karena memang keberadaannya tidak untuk umum. Tetapi tidak melarang orang untuk sekedar datang mampir melihat lihat kondisi di dalam pulau Lusy. 

Keadaan ini tentu tidak menguntungkan bagi kelestarian lingkungan di pulau tersebut. Kurangnya fasilitas kebersihan semacam tempat sampah atau fasilitas publik seperti keberadaan toilet umum tentu menimbulkan masalah tersendiri. Masyarakat kita masih suka membuang sampah sembarangan dan juga ( maaf ) buang air sembarangan pula. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline