Melakukan perjalanan mudik naik Kereta Api baru pertama kali saya alami. Tadi sore saya berniat pulang ke Malang dari rumah ibu saya di kota Bangil Pasuruan. Seperti biasa, rencana beli tiket dulu supaya dapat tempat duduk. Tiket ini bisa dipesan sejak pukul 9 sampai pukul 4 sore.
Mulanya saya tak mengerti ketika petugas hanya meminta saya menyerahkan KTP untuk dicek, baru ngeh saat petugas loket menyerahkan struk tiket yang berbunyi Rp. 0.
Petugas memeriksa KTP dan tiket di pintu masuk, sumber: dokpri
Berkah Ramadhan, uang itu bisa dipakai untuk membeli makanan berbuka puasa, atau keperluannya lainnya, misal beli paketan untuk menayangkan tulisan di Kompasiana.
Tiket KA, tertulis Rp. 0/dokpri
Yakni Tumapel, Penataran, Tawang Argo dan Probowangi. Kelas ekonomi saja, tidak menyentuh kelas di atasnya. Secara kelas ini tiketnya paling murah dan penggunanya juga masyarakat kebanyakan seperti saya, yang merasa sangat bahagia ketika mendapat tiket gratis. Sedekah yang tepat sasaran, bukan untuk hurang kaya gitu loh.
Alur dan tipis pemesanan tiket, sumber: instagram/@kai121_
Ini menyenangkan tentu saja, masih ada persiapan untuk perjalanan hari hari ke depan. Untuk pemesanan tiket pagi sampai sore hari rata-rata telah sold out, habis, yang masih tersisa cukup banyak yakni untuk perjalanan malam.
Sudut stasiun Bangil waktu malam, Anis Hidayatie (doc.pri)
Terus terang saya agak kurang suka berdiri, resiko kena senggol lalu lalang orang besar sekali. Itu buat saya tak nyaman, secara badan saya kurus kecil, kalau terkena senggolan, apalagi sama yang tampan, mudah oleh. Hehe