Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Puisi | Berpayung Mentari

Diperbarui: 15 Mei 2019   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Mestinya, semburat kuning jingga mampu menampilkan pesona ceria. Ditingkah pendar biru terang pada pucuk daun nan memanjang. Indah tiada tara telah terhidang. Mengundang hati ini ikut riang.

Pada malam yang baru saja terlewatkan membuat kisah pagiku tak lagi memikat pandang. Penjara rasa, belenggu dosa terasa betul pikulan bebannya. Rasa tak pantas menyapa hadir pagi menyeruak, terlalu terhormat dia untuk kuikuti gagah cahayanya.

Aku terpuruk dalam kubangan rasa sesal tak berkesudahan, jelaga malam telah torehkan noktah hitam pekat melekat. Menghapusnya harus dengan air suci maghfirah, yang rasanya tak pantas kudapatkan.

Mengejar ampunan, itu satu satunya jalan. Kan kulakukan demi mandi sucikan diri. Walau mata pandang mereka sudutkan, meski cibir penonton kudapatkan. Aku tak peduli, karena bagiku selalu ada pelindung abadi, ketika aku berpayung mentari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline