Sedari kecil sebelum tidur nenekku selalu berkisah tentang Timun Emas. Khatam cerita ini. Nenekku pandai berkisah. Begitu nyata kisahnya. Seolah-olah seperti akulah si Timun Emas. Cerita rakyat ini sering dituturkan nenek, kakek pada cucunya.
Gelegar suaranya ha ha saat menirukan si Buto Ijo. Lembut, halus, ceria ketika menirukan si Timun Emas. Seru banget. Bahkan dalam mimpipun masih terbawa.
Timun Emas sosok gadis kecil. Lemah tak berdaya. Lambat larinya dibandingkan Buto Ijo. Tak mungkin menang melawan Buto Ijo. Namun usaha Ibunya, kecerdikan serta keberanian Timun Emas membuat mereka berhasil mengalahkan Buto Ijo.
Ibulah pendorong semangat Timun Emas. Usahanya tak kenal lelah. Akhirnya bertemu pendeta yang memberikan sebuah kantung yang isinya biji timun,jarum,garam,terasi. Hanya doa melangit usaha terakhir ibu.
Timun emas tentu takut menghadapi Buto Ijo. Petuah ibu serta senjata di dalam kantong sedikit demi sedikit memompa keberanian Timun Emas. Pertama biji timun berubah jadi hutan belukar. Buto Ijo terhalang langkahnya. Kedua Jarum kaki Buto ijo berdarah-darah. Ketiga Garam berubah jadi lautan. Buto ijo masih mengejar. Hampir putus asa. Lumpur panas mengakhiri hidup Buto Ijo.
Pesan dari kisah ini. Doa ibu sepanjang masa. Tak akan pernah seorang Ibu membiarkan anaknya dalam kesengsaraa. Usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Kelebihan orang beda-beda meskipun lemah bisa mengalahkan yang kuat dengan kecerdikan.
Sekian. Terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H