Lihat ke Halaman Asli

anie puji

Mengembangkan hobby menulis, berbagi informasi dan pengetahuan lewat kompasiana

Tabungan dari Uang Wisit

Diperbarui: 19 November 2021   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Memberikan uang wisit (uang recehan kepada anak kecil di hari raya) ternyata sangat besar manfaatnya. Berawal dari ngumpulin uang wisit sejak usia dini, Taufiq mampu menghajikan ibunya. Bagaimana kisahnya?

Taufik anak yang sholih. Karakter gemar bersilaturahmi ditanamkan  ayahnya sejak usia kanak-kanak. Setiap Syawal diajak berkeliling bersilaturahmi ke rumah kakek-nenek, bulik-paklik dan juga kerabat lain agar anak mengenal lebih dekat keluarga besarnya dan tidak kepaten obor (putus hubungan keluarga).

Kebiasaan berkunjung di bulan Syawal menjadikan moment yang indah dan tak mudah terlupakan. Dan yang lebih mengasyikkan adalah menerima wisit dari para saudara yang dikunjungi. Sebagai orang-tua yang bijak, diajaklah ke Bank uang tersebut ditabung atas nama anak tersebut. Beranjak remaja, dia selalu meluangkan waktu liburan sekolah untuk mengunjungi sanak-saudara.

Kebiasaan sejak kecil, hingga remaja dan beranjak dewasa tabungannya membuahkan hasil  mewujudkan impian mondok di Pesantren terkenal "Gontor" dan yang lebih mengharukan adalah menghajikan ibu tercinta. Ibunya yang hanya seorang staff tata usaha di sebuah SMP negeri dengan gaji pas-pasan, rasanya tak mungkin berangan-angan berangkat haji ke tanah suci. Bagi sang ibu mampu menyekolahkan putra-putrinya ke jenjang pendidikan tiggi sudah sangat bersyukur.

Ditengah rapat keluarga, ketika mendengar bapaknya hendak dihajikan oleh bulek-buleknya, Taufik langsung memohon kepada ibunya  segera mendaftar agar kedua orang tuanya bisa berangkat haji bersama. "Uang dari mana Fiq, ibu tak punya banyak uang. Mampu menguliahkan adik dan kamu jadi sarjana sekarang ibu sudah sangat bersyukur", ungkap ibu.

Taufik menyerahkan semua tabungannya dan mengantar ibunya untuk segera membayar ONH bersama tabungan adiknya. Sang ibu menangis terharu dan sekaligus bangga. Keajaiban Allah telah membimbingnya ke tanah suci Makkah yang tak disangka-sangka sebelumnya. 

Anak-anak yang sholih yang patut diteladani anak jaman now. Seorang Taufik yang hidup dalam kesederhanaan, mengumpulkan recehan sejak usia masih kanak-kanak akhirnya mampu menghajikan ibunda tersayang.  Buah dari baktinya kini Taufiq telah membina keluarga kecil bahagia dan meniti kariernya menjadi hakim di luar Jawa.

Dari kisah ini dapat kita ambil penanaman karakter pada anak sejak usia dini tentang kasih sayang, kejujuran, kemandirian dan peduli sesama. Semoga bermanfatat dan nantikan kisah-kisah selanjutnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline