DILAYAT TETANGGA GARA –GARA STRES BELAJAR ONLINE
Kita sekarang ini memasuki era DIGITAL. Hidup dijaman serba elektronik, dimana ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Bila kita tidak mau belajar menyesuaikan diri dengan jaman yang serba canggih ini maka kita akan tergilas oleh jaman. Menjadi sapi ompong yang cuma plangah plongoh tak tau apa-apa.
Demikian pula dengan diriku, yang haus ilmu. Meski usia sudah tak muda lagi, namun semangat belajarku tetap membara tak kalah dengan semangatnya anak masa kini. Ilmu apapun aku ikuti. Ikut komunitas bloger yang mana anggotanya 99% lelaki dan masih muda. Mulai belajar nulis lewat Wordpress, blogspot dan media internet lainya, belajar youtube, bagaimana menjadi youtuber, belajar bisnis online, pokonya semua ikut.
Nah salah satu pelatihan atau kelas online yang saya ikuti baru-baru ini ada pengalaman yang sangat memalukan. Pengalaman paling baru ini benar-benar mempengaruhi jiwaku sepanjang hidupku. Yaitu ketika saya mengikuti kelas 1 Milyard. Wouw keren baca judulnya, terus berandai-andai punya penghasilan 1Milyard. Dalam hati kecilku mungkin ini petunjuk Allah tuk merealiasasikan impianku membangun pesantren tahfidz dan menghajikan banyak orang.
Hari pertama , kedua kuikuti dengan penuh semangat mengikuti kelas bimbingan khusus. Di kelas ini selalu membakar semangat, disampaikan dengan berapi-api, kalimat motivasinya membuat peserta merasa rugi jika tak ikut kelas. Karena tidak ada rekaman. Tugas demi tugaspun aku kerjakan dengan penuh semangat. Sampai-sampai pekerjaan kantor aku tunda demi focus belajar bisnis online ini. Sampai di hari naas dimana aku gagal praktek douwnload elementor canvas karena kendala system. Secara teori aku hafal, faham langkah-langkahnya. Dan ketika kusampaikan kendalaku slalu bentar, bentar, begitu terus jawaban sang mentor.
Hari itu Ahad kelas dibuka sejak pagi dan hanya istirahat sebentar untuk shalat. Dalam kondisi kurang sehat karena kecapaian dari luar kota, dan juga beban tugas yang belum terselasiakan, sore setelah ashar kelas dibuka kembali, hingga pada saat dibuka sesi tanya jawab dan praktek yang bisa di pantau via zoom meeting, dan saya minta waktu untuk diberi kesempatan praktek namun saya merasa diabaikan, tak diberi kesempatan hingga pada akhir sesi, dalam bayangan saya ditinggal oleh mereka. nangis teriak histeris hingga tetangga sebelah yang lagi menyiapkan dagangan baksonya lari tergopoh-gopoh menghampiri saya: “Assalamualaikum, wonten nopo mba?”(ada apa mba). Ketika melihat dalam, rumahku tak ada siapa-siapa hanya aku dalam posisi menangis di depan computer, dia langsung pergi sambil berkata: ”eee tak darani kenopo, jebule…” (kukira kenapa, ternyata…)
Saya sadar, dan berhenti nangis dengan menahan rasa malu, dan kecewa yang mendalam. Ya Allah saya telah menggangu tetangga dengan raungan tangisanku. Dan usai shalat maghrib aku kembali menangis, namun tanpa suara. Aku curhatkan segalanya pada Allah.
Alhamdulillah aku telah diingatkan kembali “Jangan terlalu berharap kepada manusia” . Apapun kesulitan yang kuhadapi disamping ikhtiar juga slalu berdoa memohon pertolongan, petunjuk dengan memperbanyak istighfar dan shalawat. Maka kedamaian dan ketenangan jiwa kita dapatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H