Lihat ke Halaman Asli

Perempuan Terus Bergerak dengan Kekuatan Tanpa Batas

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan gerakan politik perempuan dalam kancah merebut ruang politik demokrasi prosedural terus mengalami dinamika. Organisasi perempuan seperti Koalisi Perempuan Indonesia mendorong kader-kadernya untuk masuk ke ruang-ruang strategis/kekuasaan, mulai dari kepala Desa hingga partai politik untuk bertarug di parlemen (DPR/DPD/DPRD). Lagkah afirmatif dengan mendorong kuota minimum 30% bagi perempuan yang didukung oleh berbagai elemen masyarakat masih tertatih-tatih.

Saya tidak ingin membahas soal prosedur dan mekanisme pencalonan, dan mengapa pula kemudian muncul angka 30 persen itu. Saya hanya ingin berbagi cerita pengalaman dalam pendampingan di komunitas di desa-desa selama ini. menurut hasil pengamatan dilapangan dan pengalaman saya di komunitas, kepekaan perempuan sungguh luar biasa. Mereka tidak hanya peduli atas keluarga, komunitas tapi juga keadaan lingkungan di sekitarnya. Dan kepekaan itulah yang menjadi modal kekuatan bagi perempuan. Jika rasa peduli tumbuh dalam diri, maka tidak perlu pemicu lagi untuk bergerak.

Gerakan perempuan di desa-desa, semakin terlihat bersama dengan kehadiran beberapa Ormas, LSM, dan masyarakat sipil yang terus bergerak untuk perubahan yang lebih bijak. Salah satu organisasi yang saat ini menjadi perhatian dan dilirik masyarakat di Kabupaten Jeneponto adalah organisasi “Koalisi Perempuan Indonesia”. Yang merupakan organisasi massa perempuan berbasis anggota dan gerakan. Koalisi perempuan Indonesia aktif memperjuangkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan disemua tingkatan. Hal ini merupakan perwujudan atas prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan dan demokrasi. Saat ini Koalisi Perempuan Indonesia untuk keadilan dan demokrasi, memiliki 9 (sembilan) Balai Perempuan (BP) di sembilan Desa, (Desa Garassikang, Jenetallasa, Batujala, Palajau, Arungkeke, Camba-camba, Kayuloe Barat, Bonto Mate’ne, dan Desa Kassi kec.Rumbia) yang beranggotakan 30 – 50 orang per-BP dan terus mengalami penambahan anggota disetiap BP (Balai Perempuan). Bulan lalu (Februari, 15, 2013) baru-baru mengadakan seminar dan konfrensi pertama Cabang Jeneponto, yang dihadiri oleh 200 (dua ratus) perempuan. Konfrensi Cabang tersebut diselenggarakan di gedung Sipitangarri Kab.Jeneponto dan dihadiri oleh undangan stakholder, SKPD, dan Bupati Jeneponto (Drs. H. Radjamilo, MP).

Jelas bahwa kekuatan perempuan, tidak hanya di dalam rumah (domestic). perempuan petani, peternak, buruh, perempuan yang berpropesi jadi tukang parkir, perempuan penggerak atau motivator komunitas di desa. Apakah perempuan di ranah itu terlihat dan terpublish. Yang sering terpublish baik di media cetak maupun visual adalah ketidakberdayaan, kelemahan perempuan dengan berbagai macam persoalan. Korban pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga menjadi konsumsi publik di media hampir setiap hari. Mata kita hanya terbuka satu untuk melihat kehebatan perempuan-perempuan di sekitar kita.

Sekilas cerita diatas mungkin mampu membuka mata dan pikiran kita, untuk memberikan ruang dan dukungan terhadap perempuan kedepannya. Dimana dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut panitia pelaksana notabene adalah perempuan. Tetapi sayangnya dalam kegiatan diatas sebagian undangan, stoke holder khususnya dari SKPD terbilang sangat kurang berpartisipasi menghadiri undangan. Terlihat bahwa dukungan legislator terkhusus laki-laki, memiliki kepedulian yang minim dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh perempuan. Kepedulian semua stoke holder sebenarnya juga adalah faktor pendukung untuk menumbuhkan semangat dan kerja-kerja perempuan di bidangnya. Tapi meskipun demikian kami “perempuan” terus bergerak dan menunjukkan kekuatan dalam berkreativitas di wilayah Desa. Mendorong bagaimana kapabilitas dan kapasitas perempuan mampu bekerja secara optimal, sistematis, dan kritis di dalam mencermati berbagai persoalan yang membutuhkan penanganan dari otak dan “tangan-tangan” ahli dari seorang perempuan. Hidup perempuan...!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline