Pantai Cilacap sering mengalami musim ubur-ubur, biasanya musim ini terjadi ketika masuknya angin timur. Jenis ubur-ubur yang terdapat di pantai Cilacap ada dua, yaitu yang tidak dapat menyengat dan yang dapat menyengat. Biasanya ubur-ubur yang tidak menyengat dipanen oleh para nelayan, sedangkan ubur-ubur yang dapat menyengat sangatlah diwaspadai, karena potensinya yang dapat membahayakan. Ubur-ubur yang dapat menyengat disebut ubur-ubur api (Physalia) atau orang lokal menyebutnya rawe.
Ubur-ubur api (Physalia) hidup di permukaan air laut, tapi karena terkena angin biasanya ubur-ubur ini juga hidup menepi ke permukaan pantai. Ubur-ubur ini mempunyai bentuk seperti balon yang transparan biasanya ada yang berwarna biru, merah muda, hijau dan keunguan. Serta memiliki empat struktur utama yang fungsinya saling berkesinergian tidak dapat terpisah satu sama lain, seperti untuk membentuk badan pengapung, mengurus proses makan, perkembangbiakan dan membentuk sengatan.
Dengan adanya sengatan, ubur-ubur api (Physalia) bisa menyengat dengan sengatannya yang bisa menyebabkan berbagai risiko. Mulai dari risiko umum seperti sensasi rasa terbakar pada kulit, kesemutan atau mati rasa di area yang tersengat, menyebabkan kulit yang tersengat menjadi merah atau ungu, dan bisa juga sengatan ini menyebabkan risiko yang lebih fatal seperti timbulnya mual, pusing, muntah dan sulit bernapas.
Maka dari itu, ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) yang ada di Cilacap, menghimbau kepada para wisatawan yang berkunjung ke pantai Cilacap saat musim angin timur, agar selalu berhati-hati. Karena potensi yang dapat ditimbulkan dari sengatan ubur-ubur api (Physalia), berisiko membahayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H