Lihat ke Halaman Asli

Melamar (Flashfiction)

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jurusan periklanan, IPK 3,90, pengalaman organisasi dari SMP, pengalaman magang dua kali dengan hasil memuaskan, pekerja keras, kreatif, inovatif dan pastinya selalu bersemangat. Kupikir bekal itu cukup untuk berani melamar kerja ke Agency Iklan Multinasional. Hari ini panggilan wawancara, aku pasti bisa. Semangat!

“CV-mu sangat memuaskan. Semua yang kau miliki dan kau inginkan dari kami sudah sangat jelas tertulis disini,” terang Pak Deni yang bertugas mewawancaraiku. Dia tersenyum sambil menimbang-nimbang sesuatu.

Aku sangat tersanjung. Pasti Dia sedang berpikir akan menerimaku. Suasana hening cukup lama, aku semakin gugup dibuatnya. “jika hendak menerimaku kenapa begitu lama,” gerutuku dalam hati.

“Cahyo.”

“Ya Pak,” jawabku cepat dan nampaknya itu cukup mengejutkannya.

Sambil tersenyum Dia mendekatkan tempat duduknya denganku yang terpisah meja. “Apakah Kamu tahu Cinta?”

“Jika yang Bapak maksud Berpacaran, saya belum pernah.”

“Benarkah. Sangat disayangkan, lamaranmu saya tolak.”

Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong. Aku ditolak, bukan karena hardskill dan softskill tapi karena CINTA.

Sebulan kemudian aku kembali melamar kerja di Agency yang sama dan kembali bertemu Pak Deni.

“Kamu lagi?.”

“Ya Pak, Saya benar-benar ingin bekerja disini. Tapi saya ditolak karena Cinta. Sekarang saya sudah punya Pacar dan saya menyukainya.”

“Benarkah. Jadi apa itu Cinta?”

“ Cinta itu…,” hatiku bergemuruh tapi aku berusaha menjawab sebaik mungkin. “Cinta itu saling melengkapi, saling membutuhkan, saling mengerti. Bisa diasumsikan seperti simbiosis mutualisme.”

“Hmm..Maaf Cahyo. Sekali lagi kamu saya tolak. Silahkan meninggalkan ruangan ini.”

Kali ini bukan hanya petir yang datang tapi badai disusul gempa dan tsunami. Apa yang salah dengan jawabanku. Cinta itu luas dan tak punya definisi. Jadi apa yang kurasakan itulah definisi Cinta. Sifatnya relatif.

“Maaf Pak, menurut Bapak Cinta itu apa,” dengan gemetaran aku mencoba berani bertanya. “Dua kali saya ditolak karena Cinta. Kenapa?, dimana salah saya?”

“Bukan kesalahan hanya kamu belum bisa bekerja disini. Ini Agency Iklan, tanpa Cinta bagaimana kamu bisa mempromosikan produk klien. Sedangakn mempromosikan dirimu sendiri kamu tidak bisa. Klien itu seperti lelaki yang jatuh Cinta, konsumen itu seperti wanita yang dicintai klien. Tugas Agency adalah membantu klien mendapatkan Cinta konsumen. Ini bukan Cinta biasa.”

Ini bukan cinta biasa dan aku akan kembali melamar nanti.

***

Awalnya tulisan ini aku buat untuk berpartisipasi dalam lomba Flashfiction. Namun tidak jadi, karena aku terlambat. Mau ku delete sayang, jadi ku upload saja untuk sekedar share.

Selain itu, aku baru mengenal apa itu tulisan flash fiction, dan ini adalah tulisan pertamaku. Jadi, mungkin masih sangat jauh dari kata "good".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline