Lihat ke Halaman Asli

NieNie

Sekedar Berbagi

Petualangan Vs Resolusi

Diperbarui: 31 Desember 2023   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Saya lupa rasanya kapan terakhir punya resolusi. Yang saya ingat, sepertinya dari sekian banyak resolusi, hanya sedikit yang tercapai, ha-ha-ha. Entah apakah karena resolusinya terlalu tinggi, atau memang saya saja yang tidak punya komitmen untuk mencapainya. Berjalannya waktu mengajarkan saya juga bahwa bisa juga karena memang resolusi-resolusi itu bukan cerita saya. Bagaimanapun, ternyata ada keseruan tersendiri saat tidak punya resolusi. Walaupun saya percaya bahwa harapan adalah bagian dari sebuah resolusi.

Begitu banyak harapan yang saya miliki. Saya sampai punya daftarnya. Saat itu saya pikir daftar itu adalah sebuah resolusi. Jadi kalau daftar itu tidak tercapai, saya merasa gagal. Padahal resolusi itu sudah merupakan suatu keputusan lho, bukan sekedar cita-cita atau harapan lagi. Jadi sebetulnya menurut saya, saya belum bisa dibilang gagal karena saya masih berproses. Ditambah saya juga tidak mengidentifikasi mana yang benar-benar sudah menjadi resolusi dan mana yang merupakan harapan.  

Suatu saat saya berhenti membuat daftar resolusi. Saya tetap punya harapan, punya mimpi. Bahkan saya tetap berkhayal, ha-ha-ha. Saya tidak ragu untuk bercanda tentang khayalan saya dengan rekan-rekan saya atau orang terdekat saya. Entah rasanya seperti memperkuat khayalan saya itu, walaupun buat beberapa orang yang namanya khayalan hanyalah sekedar mimpi belaka. Harapan-harapan yang saya punya tidak kemudian otomatis menjadi sebuah resolusi. Bahkan saya tidak lagi membuat target harus kapan untuk mencapainya. Namun ternyata disitulah keseruan yang saya temui. Saya merasa bertemu sebuah petualangan. Petulangan yang mengajarkan saya memiliki ruang untuk sebuah penerimaan dan membuat rencana lainnya.

Saya ingat, di suatu tahun, saya pernah berkhayal punya rumah di area perkotaan. Rasanya pasti menyenangkan punya rumah di area yang strategis. Punya rumah yang aksesnya mudah dan rumah yang luas. Saya tidak pernah membuat target, betul-betul hanya khayalan. Namanya juga mimpi. Entah saya lupa beberapa tahun kemudian saya berniat untuk membeli rumah, namun saat itu perkiraan saya tidak di perkotaan karena saya pikir pasti harganya mahal. Petulangan pencarian itu justru membuat saya bertemu sebuah rumah dan akhirnya membeli rumah di perkotaan. Hey, saya betul-betul tidak menyangka saya bisa membeli rumah di perkotaan. Luar biasa.

Tapi saya juga tidak selalu mendapatkan petulangan dengan cerita yang saya inginkan. Banyak juga petualangan yang tidak sesuai harapan saya, atau yang saya pikirkan. Kalaupun kemudian ada yang membuat saya menjadi tertekan, yah wajar saja, toh saya juga hanya manusia, boleh dong kecewa dan stress ha-ha-ha. Tapi saya berusaha untuk tidak berlama-lama berada di situasi yang tidak mengenakkan tersebut. Saya berusaha untuk mengembalikan lagi bahwa semua ini sebuah petulangan, jadi pasti ada berbagai cerita di dalamnya. Kalau saya tidak beranjak untuk melanjutkan perjalanan, nanti saya malah makin lama terjebak di cerita yang tidak enak itu. Itulah yang membuat saya kemudian melanjutkan melangkah ke cerita selanjutnya. 

Memang terkesan jadinya saya mengikuti cerita kehidupan saja. Namun perbedaannya disini yaitu ada unsur usaha, percaya dan menerima. Saya berusaha untuk mendapatkan mimpi yang saya punya dan saya percaya usaha saya ini akan ada hasilnya. Hasilnya bisa sesuai dengan yang saya mau, bisa juga tidak, dan saya menerima apapun hasilnya. Perjalanan ini saya lakukan sembari menikmati apapun yang kehidupan berikan ke saya.

Saya teringat, pernah di suatu malam tahun baru saya sangat ingin sekali berkumpul bersama keluarga atau teman-teman saya karena saat itu liburan cukup panjang. Saya berusaha untuk menghubungi mereka dan membuat rencana. Namun pada akhirnya saya justru harus menikmati malam tahun baru sendirian ditemani satu bungkus keripik dan secangkir teh panas, ha-ha-ha. Sedih? Ya sempat sih. Saya tidak menampik saya sempat sedih. Buat apa menghindari perasaan itu? Tidak ada gunanya juga. Sedih ya sedih saja. Tapi kemudian saya justru bisa berteman dengan kesendirian saya dan menikmati kembang api dari jendela saya, dan melanjutkan tidur nyenyak saya.

Saya rasa malah dengan menerima dan mengakui perasaan apapun yang muncul saat kita tidak mencapai harapan kita, akan mempermudah kita untuk melangkah lebih lanjut ke cerita berikutnya. Toh siapa tahu di babak berikutnya justru mimpi yang kita capai bukan hanya satu, bahkan lebih. Itu kenapa saya tidak menggunakan kata gagal. Itu juga kenapa saya tidak memiliki daftar resmi resolusi dan memilih untuk menikmati petulangan tanpa target yang dipaksakan.

Setiap orang punya cara masing-masing untuk memotivasi dirinya sendiri. Saya sendiri menemukan bahwa petulangan lebih memotivasi saya untuk mendapatkan kejutan-kejutan dari kehidupan sebagai jawaban atas harapan dan usaha saya. Buat saya, tidak pernah ada yang salah dalam cerita kehidupan jika kita bisa menerima dan mengartikan untuk bekal kita melanjutkan ke cerita berikutnya.

Selamat berpetualang di tahun baru 2024. Semoga kita menikmati setiap ceritanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline