Sering kali anggapan orang bahwa jika merantau dan sudah menempuh pendidikan yang tinggi dijamin akan menjadi pekerja kantoran dengan penampilan yang ekslusif beraroma parfum dan menempati gedung perkantoran yang menjulang tinggi di kota Metropolitan seperti Jakarta. Tentu saja impian itu menjadi sah-sah saja dan cukup beralasan. Hidup di kota besar seperti Jakarta toh tak semudah yang dimimpikan. Selain ditunjangi pendidikan, skill yang memadai diperlukan untuk bisa bertarung merebut peluang kerja yang tersedia.
Setelah terjun dalam hiruk pikuk dunia kerja di kota besar dan berhasil secara ekonomi tak jarang orang memilih pulang ke kampung asalnya. Pulang kampung tentu saja menjadi satu keputusan yang berani dan perlu direncanakan secara matang dengan mempertimbangkannya secara ekonomi, sosial budaya.
Keputusan seperti inilah yang diambil perempuan cantik lulusan Aisi White Campus Jakarta yang bernama Titin Dullah. Di Jakarta Karier perempuan yang kini berusia 48 tahun ini berawal dari magang pada Pusat Perfiman Nasional (PPFN) Jakarta 2 kemudian berpindah ke perusahaan Research Consultan Franksmall Association (FSA) Jakarta. Kariernya terus menanjak menjadi sekretaris pada PT. Madya Cipta Consultan Jakarta dan beberapa tahun kemudian berpindah kerja pada PT. Rasi Asara Jakarta dengan menjabat sebagai sekretaris. Perempuan yang aktif pada organisasi PMKRI Jakarta serta Perhimpunan Theater seJakarta Timur ini mendapat tawaran posisi strategis sebagai Branch Manager PT. Rasi Asara cabang Bandung. Hingga kemudian dia memutuskan pulang ke kampungnya di Ruteng sebuah ibukota kabupaten Manggarai Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Di Ruteng Titin memulai debutnya dengan membuka Dealer sepeda motor dan penjualan spare part. Wilayah pemasarannya menembus semua kota di daratan Flores. Selain itu Titin membuat batu nisan, prasasti dan menjual Accu (baca : aki).
Perhatian Titin rupanya tidak hanya sebatas memproduksi Prasasti dan batu nisan, diapun melirik pertanian hortikultura yang belum pernah digelutinya. Dengan memanfaatkan lahan di belakang rumahnya yang telah ditanami pohon kopi Titin mengawali usaha pertaniannya. Pohon kopi yang tinggi berbuah yang tidak maksimal ditebang dan dicabutnya. Dengan berbekal pengetahuan pertanian yang dipelajarinya dari internet secara autodidak, Titin menggantikannya dengan tanaman hortikultura seperti sawi putih, cabe, apel serta tomat. Untuk menyesuaikan cuaca yang tidak bersahabat pada musim hujan Titin menggunakan green house.
Usaha dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Selain mendapat apresiasi dari Bupati Manggarai dan Dinas Pertanian setempat, sayurannyapun mendapat order secara rutin dari hotel Ayana Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Sepak terjang Titin pada bidang pertanian pun ternyata sempat diliput stasiun televisi CNN dan MNC.
Rupanya Titin belum berbangga hati. Tak hanya berhenti sampai di situ, mantan personil bagian keuangan PT Visi Media Visualindo Bandung yang merupakan Production House yang memproduksi beberapa film, Sinetron dan pembuatan iklan ini bersama saudaranya Sebastian Salang mendirikan stasiun Radio Manggarai 88,00 FM sebagai wadah kreasi bagi anak-anak muda di kota Ruteng. Dengan melibatkan dua belas orang karyawannya Titin menyajikan acara musik, talk show dan berita bagi pendegar setianya.
Selain aktif mengelola pertanian hortikultura dan radio, Titinpun aktif berorganisasi. Dia terlibat aktif dalam PKK Keluarahan Lawir sebagai tempat domisilinya. Bersama tim PKK di kelurahan Lawir Kecamatan Langke Rembong Titinpun membuat penganan berbahan lokal.
Perempuan yang pernah aktif di organisasi WKRI ini pun mendampingi kaum muda dalam organisasi karang taruna di kelurahannya.