[caption id="attachment_169514" align="aligncenter" width="600" caption="http://images.search.yahoo.com"][/caption]
Sebenarnya, kejadian ini agak expired untuk dipublish sekarang. Tetapi karena keterbatasan waktu serta rutinitas kerja yang bejibun, akhirnya saya baru sempat menuliskannya. Kejadian ini saya alami pada minggu ke dua Januari 2012. Ketika saya turut menghadiri pengajian akbar yang di adakan oleh organisasi muslim di Hong Kong. Pengajian sendiri, di Hong Kong bukanlah menjadi hal asing. Meskipun warga muslim menjadi warga minoritas di Hong Kong. Hampir setiap minggu, baik di dalam gedung, di Masjid ataupun hanya di taman-taman terbuka, ustad-ustad dari berbagai wilayah tanah air dapat ditemui di Hong Kong. Baik itu mereka yang dari pelosok ataupun ustad-ustad yang sering muncul di TV.
Acara yang saya hadiri di adakan di sebuah gedung dengan pembagian waktu dua sesi. Pagi dan sore. Dan saya sendiri kebetulan mengikuti sesi pagi. Dalam kesempatan tersebut acara di isi dengan tausiah keagamaan sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Turut menghadirkan pula seorang bintang tamu artis sinetron yang berperan sebagai seorang ustad dalam sosok yang ia mainkan di TV. Karena selama ini saya gak demen dengan yang namanya sinetron, saya pun kurang update dengan beberapa berita yang mengisi jagad infotaiment di tanah air.
Secara pribadi, saya juga penasaran dengan sosok artis lelaki ini. Bukan wajahnya yang sok imut itu yang membuat saya kepincut. Tetapi saya penasaran dengan apa yang akan di sampaiakannya nanti. Mengingat, bahwa selama ini jika ada event di Hong Kong itu, jika menghadirkan artis tanah air- Kalau tidak konser musik, ya bedah buku, nonton film bareng ataupun sekedar jumpa fans saja. Tetapi kali ini saya temui ia ada dalam barisan ustad-ustad yang ada di antara mereka sudah beberapa kali datang ke Hong Kong untuk memberikan tausiah agama.
Kembali ke ini artis ya. Eh, kalau dia setahu saya sih baru pertama kali ini datang ke Hong Kong. Memakai baju koko serta kopyah. Di tambah sehelai scarf di lehernya. Setelah selesai seorang ustad menyampaikan tausiah intinya. Giliran sang artis yang naik ke mimbar. Ketika seorang MC (Master of Ceremony-red) memanggil dengan sebutan ustad X . Kemudian ia menjawab. Saya ini bukan ustad ya, mbak. Buk! Mentang-mentang saya punya jenggot, terus saya ini berubah jadi ustad, gitu?. Hehe. Sekarang itu, yang berjenggot macam-macam loh, mbak. Buk. Ada yang berjenggot berpakaian jubah, seperti ustad yang berada di samping kiri saya ini. Sembari memalingkan wajah serta badannya ke arah sebelah kiri. Tempat ustad serta tamu undangan duduk. Ada yang suka berjenggot, tapi mereka aktif di dunia musik. Namanya musisi. Terus yang berjenggot berikutnya, tapi suaranya mbek…mbek…mbek, nah itu dia? Heyo, apa? Heyo di sebut apa? Spontan yang hadir dalam acara tersebut menjawab KAMBING. Nah, kalau saya ini kira-kira masuk kategori yang mana ya? Hahaha. Sambil tertawa terpingkal.
Kemudian si artis berdendang beberapa lagu religi dengan lantunan musik dari group band yang sudah sangat di kenal di tanah air. Memasuki durasi hampir setengah jam, MC mengingatkan, jika jatah waktu untuknya sudah habis. Kemudian dengan masih memegang microphone, si artis mengajak hadirin yang mayoritas adalah ibu-ibu untuk melantunkan doa bersama. Kita doa bareng ya, Buk! Ajaknya. Ya Tuhan, berikanlah kami kekuatan iman. Sehingga di manapun kaki ini berpijak, selalu masih ada iman dan taqwa ini di jalan-Mu. Bla…bla…bla.
Doa berlanjut dengan uraian doa-doa kebaikan yang lainnya. Hadirin pun sangat larut serta khusyuk mengikuti serta mengamini setiap untaian kata yang indah melalui pengharapan doa-doa yang ia pimpin. Tetapi pada akhiran doa yang seharusnya ia tutup dengan kata amin. Mendadak semua hadirin termasuk saya dibuat sangat terkejut dengan apa yang ia lakukan? Ibu-ibu sekalian, mari angkat tanganya ke atas agar doa kita lebih hikmat lagi. Dan semua hadirin mengangkat tangannya ke atas, selayaknya orang yang berdoa hendak mengaminkan doanya. Dan setelahnya apa yang terjadi saudara? Setelah semua hadirin mengangkat tangan ke atas,dan masih berbalut suasana khusyuk berbingkai doa. Si artis ini malah bilang. Daaa….daaaa….daaa…..Wassalam. Sembari melambaikan tangannya. Tanda perpisahan.
Ha? Apa yang terjadi saudara? Dia nyelonong begitu saja ke bangku sebelah kiri sembari tertawa dengan gaya betawinya yang kocak. Sementara ibu-ibu itu termasuk saya masih terbengong seperti merasa dihipnotis saja melihat polahnya. Ha, kok doanya gitu sih? Gimana sih? Ibu-ibu itu mengujarkan protes.
Saya tidak mau berburuk sangka dengan si artis tersebut. Tetapi hati saya merasakan iba yang sangat luar biasa ke ibu-ibu yang menghadiri pengajian tersebut. Mungkin, ketika dalam doa tersebut hati mereka merasa sangat tersentuh mengingat anak-anaknya, suaminya serta seluruh handai tolan yang sudah lama tak berjumpa. Berharap dengan doa, menitipkan penjagaan orang-orang terkasih kepada Sang Maha Kasih, maka hati mereka dapat merasa lebih lega? Tetapi, mereka malah menemukan sesuatu hal yang sama sekali tidak terduga.
Sebagai hamba yang bersifat lemah, bukankah manusia perlu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Perkasa. Bukankah lafaz doa mengandung makna pengharapan dan kebergantungan kita kepada Tuhan? Bukankah doa adalah kekuatan bagi setiap insan?. Tetapi jika ia tidak difungsikan dengan cara yang betul, bukankah kekuatan itu pun akan hilang. Yang tertinggal hanya lafaz kosong tanpa makna dan tujuan.
Doa memerlukan hati, bukan suara.Tanpa hati, kata-kata tidak berarti―Mahatma Gandhi. Semoga kita dapat mengembalikan fungsi doa, agar senantiasa di setiap langkah kita mendapatkan jawaban keberkahan.
Newterritories
Ketika doa dibuat bahan guyonan. Ah…isi dunia memang macam-macam ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H