Lihat ke Halaman Asli

Penerapan Budaya Positif di Sekolah

Diperbarui: 22 Oktober 2023   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mewujudkan Budaya Positif Di Sekolah

Guru mempunyai peran yang penting untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Sebagai guru haruslah dapat merubah perilaku siswa menjadi lebih baik. Dengan menerapkan aturan dan membuat kesepakatan kelas. Berdasarkan penelitian tentang teori kontrol, semua perilaku manusia pastinya mempunyai tujuan. Begitu pula dengan perilaku siswa pasti ada alasannya. Dan alasan tersebut dinamakan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia diantaranya : 1) Kebutuhan bertahan hidup, 2) Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang, 3) Kebutuhan Penguasaan, 4) Kebutuhan Kebebasan, 5) Kebutuhan akan Kesenangan. Guru harus memahami kebutuhan dasar siswa kemudian menerapkan disiplin positif. 

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada tiga alasan motivasi manusia dalam  melakukan sesuatu, yaitu : 1) Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Berdasarkan ketiga alasan tersebut, tindakan pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan disebut motivasi eksternal, dan tidak bisa bertahan lama. Berdasarkan teori motivasi tadi, penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan dengan alasan yang ketiga. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi internal, dan akan bertahan lama. 

Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa disiplin kepada siswa adalah disiplin diri, karena hanya diri sendiri yang mampu mengontrol diri. Jika  belum bisa mengontrol diri penerapan disiplin dilakukan  orang lain tapi dalam situasi merdeka bukan keterpaksaan. Siswa sendiri yang menginginkan untuk mentaati peraturan sesuai dengan keyakinan universal atau keyakinan sekolah dan kelas. Keyakinan universal yang datang dari siswa disebut motivasi internal dan dapat diwujudkan dengan Restitusi. Restitusi adalah upaya mendisiplinkan siswa dengan cara siswa sendiri yang menyelesaikan masalahnya dan bertindak sesuai dengan keinginannya yang didasarkan pada kesepakatan/keyakinan kelas. Posisi kontrol guru yang terbaik adalah posisi sebagai manajer. Dalam posisi sebagai manajer, sikap guru ketika melihat siswa melakukan kesalahan tidak langsung menghukum atau menasehati, tapi dengan memahami tindakan siswa bahwa ketika siswa bersalah itu biasa karena  memang setiap manusia pasti pernah bersalah (Menstabilkan identitas). Selanjutnya guru mencoba memahami alasan atau kebutuhan dasar apa yang ingin dipenuhi siswa dengan perilakunya tersebut (Validasi Tindakan yang salah). Kemudian siswa diingatkan tentang keyakinan kelas dan dipancing dengan pertanyaan bagaiman seharusnya sikap mereka menurut keyakinan kelas dan dijawab sendiri oleh siswa.Selanjutnya ditanyakan solusi terbaik menurut siswa tersebut yang  berdasarkan keyakinan kelas tadi (Menanyakan Keyakinan). Saat melakukan restitusi tidak dengan sikap emosi.

Sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tempat menyemai benih kebudayaan. Kebudayaan dibentuk dari kebiasaan dan menjadi karakter. Pendidikan sejatinya mampu menumbuhkan manusia-manusia terbaik yang berpegang pada nilai-nilai keyakinan yang memiliki kemerdekaan jiwa, bukan hanya membentuk generasi yang patuh karena tekanan  dan aturan tapi menghendaki siswa patuh karena mematuhi keyakinan dan nilai-nilai yang mereka pegang sendiri bukan aturan dari guru atau sekolah. Restitusi adalah sebuah upaya untuk membuat siswa mampu mengevaluasi diri agar menjadi manusia yang baik sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan sebuah upaya agar setiap kesalahan yang dilakukannya menjadi bahan pembelajaran agar menjadi lebih baik, menjadi lebih kuat karakternya dan penghargaan pada diri mereka sendiri  menjadi bertambah. Dengan penjelasan diatas, diharapkan budaya positif di sekolah dapat terwujud dan karakter siswa menjadi lebih baik kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline