Lihat ke Halaman Asli

Cinta dan Kekuasaan dalam Tongkat Emas

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada baiknya jika ada waktu luang, tontonlah film ini "Pendekar Tongkat Emas". Bukan seperti film-film perang lainnya, seperti Jaka Sembung, Jaka Gledek, Pandji Tengkorak, Si Buta Dari Gua Hantu, Suar Sepuh, Anggling Dharma, bukan!. Ini bukan sekedar film perang, mungkin lebih baik disebut film drama "martial art"--sebagimana Mira Lesmana menyebutnya.

Pertarungan antara Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tara Basro), Angin (Aria Kusumah), Dara (Eva Celia), dan Elang (Nocholas Saputra)---bukan hanya sekedar perebutan TONGKAT EMAS, namun memunculkan adegan betapa nafsu KEKUASAAN mendorong menusia untuk menghalalkan segala cara. Biru, Gerhana, Angin, dan Dara--yang semula murid dari Cempaka (Christine Hakim)--berubah ketika keptusan sang Guru (Cempaka) mewariskan TONGKAT EMAS kepada Dara. Biru sebagai murid paling senior dan jurusnya paling tinggi, ia tidak terima dengan keputusan gurunya. Sementara Gerhana, perempuan licik yang mabuk asmara kepada Biru menyusun taktik untuk membunuh gurunya, dan merebut TONGKAT SAKTI dari Dara. Alhasil, mereka berhasil meracuni gurunya.

Film yang menelan biaya Rp. 25 milyar itu diperkuat dengan sinematografi yang sangat indah. Berlatar keindahan alam dan budaya SUmba Timur, dengan lanskip buikit, pantai dan lembah mengundang decak kagum pada keindahan alam, sekaligus adegan-adegan dalam bahasa filosofis yang dilontarkan Cempaka saat membuka adegan-adegan film.

Setidaknya, saya memahami dari kalimat Guru Cempaka, setinggi apapun ilmu (silat), adalah bukan untuk ditandingkan demi mencari siapa yang paling sakti (pintar) diantara yang lain. karena pertandingan (politik) hanya memberikan dua pilihan, membunuh atau dibunuh. Sehebat apapun ilmu itu, tidak sanggup untuk menghindari manusia dari kematian----karena itu, kebenaran adalah selalu senyi, dinikmati segelintir orang---yang sanggup "berjiwa besar, meskipun mendapatkan apa yang menjadi haknya. dan bukan berjiwa kerdil, yang meminta apa yang bukan haknya"--kata Angin.

TONTON, TONTON, TONTON




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline