Dalam sebuah keluarga seorang ibu memiliki banyak peran, namun dalam mencari nafkah para ibu sering kali disepelekan. Sedangkan para ibu memiliki banyak sekali potensi keterampilan yang bisa dikembangkan untuk menghasilkan pemasukan bagi keluarga. Dalam hal ini salah satu pemuka agama yang bertugas di Gereja St. Fransiskus Asisi Mojorejo, Blitar membuat suatu kegiatan produktif bagi para ibu-ibu di desa Mojorejo kecamatan Wates. Romo Aloysius Agus Wijatmiko, Pr. Membuat kegiatan tersebut guna memperdayakan Masyarakat di desa Mojorejo agar bisa berpenghasilan.
Sebagian besar ibu-ibu yang berdomisili di desa Mojorejo, kecamatan Wates, kabupaten Blitar adalah ibu rumah tangga yang tanpa penghasilan. Mereka hanya membantu suaminya bekerja di ladang atau hanya menjadi pengurus rumah tangganya dan mengasuh anak-anaknya. Padahal sebagai seorang ibu, mereka memiliki potensi untuk dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga karena mereka masih memiliki waktu luang yang cukup banyak setelah menyelesaikan urusan rumah tangganya. Sehingga Romo Agus mencarikan cara untuk membantu mereka agar memiliki kegiatan ekonomi yang bisa menambah pendapatan keluarga mereka.
Dahulu pernah diadakan kegiatan pembuatan panganan (kue kering, kue basah dan katering) yang bisa dijual kepada masyarakat sekitarnya. Namun kegiatan ekonomi ini tidak berlangsung lama karena daya beli masyarakat sekitar mereka juga rendah sehingga harga jual dengan biaya produksinya tidak seimbang.
Kemudian Romo Agus mencarikan lagi kegiatan produktif lainnya yang pasarnya bukan untuk daerah tempat tinggal mereka namun luar daerah Kabupaten Blitar. Kalau pasarnya di luar wilayah Kabupaten Blitar, maka produk yang dihasilkan haruslah yang bisa bertahan lama. Berarti bukan produk makanan. Maka ketemulah kegiatan produktif berupa ecoprint pada media kain.
Para ibu-ibu masih belum mengetahui tentang ecoprint dan bagaimana memproduksinya. Oleh sebab itu diberikan pelatihan dengan mengundang pelaku ecoprint yang handal. Dalam pelatihan itu syarat pesertanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar dari pelatihan mereka bisa terus mempraktekkannya, bukan berhenti pada pengetahuan dan keterampilan baru dari pelatihan tanpa ada kegiatan produksi.
Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari. Mulai pengenalan apa itu ecoprint, pengenalan akan pewarna alami yang bisa digunakan untuk ecoprint, pengenalan daun-daun yang bisa digunakan untuk ecoprint, proses dari awal pembuatan ecoprint pada media kain, hingga kain ecoprint itu siap diproduksi menjadi berbagai macam bentuk pakaian atau asesoris lainnya. Setelah pelatihan diadakan, mereka mulai belajar untuk memproduksi sendiri kain ecoprint dengan mencoba berbagai macam teknik ecoprint, daun-daun dan juga pewarna alami.
Hasil produksi mereka ternyata cukup diminati oleh beberapa orang dari kota Surabaya dan Jakarta walaupun masih belum terlalu baik, karena masih taraf belajar. Dalam memproduksi mereka masih mendapat bimbingan dari pelatih mereka dan belajar dari internet yang jaringan sudah bisa diakses di daerah mereka.
Dengan berjalannya waktu, mereka terus berkarya dengan mendapat masukan dari pelatih dan konsumennya sehingga semakin terampil. Kain hasil ecoprint sudah tidak luntur warnanya walaupun dicuci berkali-kali; mereka sudah bisa menghasilkan corak yang khas dibanding dengan pengrajin ecoprint lainnya. Mereka juga bisa memproduksi berbagai macam bentuk produksi selain kain. Misalnya: tas, kaos oblong, totebag, pasmina, hijab, baju untuk pria dan wanita, topi dsb.