Lihat ke Halaman Asli

Masihkah Artikel Pakde Kartono Menghiasi Layar Kompasiana untuk Waktu Mendatang?

Diperbarui: 25 September 2015   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="usmagazine.com, contoh profile akun Pakde Kartono"][/caption]

Jagad Kompasiana sedang heboh baru-baru ini lantaran ada unggahan gambar yang tidak dikehendaki oleh rombongannya. Gambar tersebut memang diambil dengan kesadaran penuh oleh orang-orang yang nampak dalam gambar, artinya gambar tidak diambil secara sembunyi atau hyden camera sebab orang–orang yang terekam dalam gambar hampir semuanya melihat arah kamera dan sambil tersenyum dan setengah tersenyum. Gambar juga diambil di tempat umum bukan tempat rahasia. Timbul pertanyaan, kenapa gambar diambil mengingat di antara rombongan ada orang yang diawasi ketat aktifitas dan perilakunya, dan atas pertimbangan apa gambar diambil kalau akhirnya bisa mencelakakan orang-orang yang terekam dalam gambar? Atau memang ada orang yang berkhianat di antara rombongan di restoran itu lantas mengirim file JPGnya ke luar dengan tujuan untuk mencelakakan orang-orang dalam foto termasuk imbasnya akan berdampak kepada instansi terkait di lingkungan Ditjen PAS Kemenkumham.

Mari kita bahas tentang judul di atas, masihkah kita bisa menikmati tulisan Pakde Kartono untuk ke depannya setelah musibah yang menimpa Pakde dan kawan-kawan itu? Kalau melihat kepanikan sohib Pakde yaitu Mbak Ifani caranya melucuti artikel yang dibuatnya sendiri yang diunggah sepertinya Mbak Ifani sudah angkat koper dari Kompasiana ini dan tidak mau nengok-negok ke belakang lagi, tidak tahu kalau Ito Vita Sinaga masih mau balik apa tidak ke Kompasiana ini.

Kalau mencermati artikel Pakde memang smart dengan gaya slengekan yang cukup banyak penggemarnya di Kompasiana ini apalagi Pakde termasuk penulis yang produktif yang sering mendapat bonus HL dari administrator Kompasiana. Ada yang berspekulasi kalau Pakde itu sejatinya adalah Gayus Tambunan, mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang sedang menghabiskan sisa umurnya di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Koruptor Sukamiskin Bandung yang gegara kasus makan di restoran Manado di Jalan Panglima Polim Jakarta Selatan itu sekarang dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan yang lebih ketat pengawasannya yaitu di LP Khusus Narkoba Gunung Sindur Bogor. Kalau melihat gaya Gayus yang plonga plongo begitu apa mungkin bisa menulis sehebat Pakde dengan gaya imajinasi yang tinggi? Rasanya tidak percaya kalau Gayus bisa menulis sebagus itu. Atau jangan-jangan Gayus ini juga korban permainan dari oknum-oknum  di atasnya dan korban perselingkuhan antara pegawai elite Ditjen Pajak dengan pengusaha besar batubara di negeri ini yang orangnya tak usah disebutkan sebab pembaca Kompasiana sudah lebih tahu daripada penulis. Gara-gara ulah pengusaha kakap pengemplang pajak pertambangan batubara ini pula Menteri Keuangan waktu itu Ibu Sri Mulyani Indrawati sempat saling mengancam dengan pengusaha yang juga politikus tersebut.

Kalau melihat Gayus yang hanya PNS golongan III/a waktu terkena kasus yang dibuka oleh Kabareskrim Komjen Susno Duadji itu apakah mungkin bisa mengatur kongkalikong pajak yang berjumlah ratusan miliar tersebut. Jangan-jangan dia hanya tumbal sebagai tadah perkara penebus dosa atasannya yang bertindak sebagai pengambil keputusan.

Artikel Pakde Kartono terakhir tayang pada tanggal 22 September 2015. Kalau Pakde = Gayus Tambunan memang ada benarnya juga sebab pada tanggal berikutnya yaitu 23 September 2015 dan seterusnya Pakde tidak pernah lagi membuat artikel sampai sekarang, tanggal tersebut bersamaan dengan Gayus masuk ke ruang isolasi di LP Khusus Narkoba Gunung Sindur Bogor. Pakde sebagai penulis memang termasuk mumpuni sebab bisa mempengaruhi emosi pembacanya ikut larut dalam imaginasi yang diciptakannya. Indikator lainnya bila Pakde = Gayus bisa terdeteksi juga lewat tulisan-tulisan yang dia buat terutama tulisan yang mengandung unsur pornografi. Gayus sebagai orang yang dibatasi aktifitasnya termasuk aktifitas seksual tentunya mencari jalannya sendiri untuk melepaskan hasrat yang tak menemukan salurannya. Melalui tulisan-tulisan yang dia buat lewat akun Kompasiana atas nama Pakde Kartono yang memang bisa digolongkan sebagai cerita bokep yang banyak beredar liar di dunia maya yang luput dari sweeping Kemen Kominfo, sebab cerita-cerita seperti itu memang termasuk melanggar undang-undang anti pornografi dan pornoaksi. Akun Pakde yang mendapat verifikasi hijau tentunya secara legal formal telah diakui oleh administrator pengelola Kompasiana. Yang menjadi pertanyaan, oknum Pakde ini mendaftar di Kompasiana memakai nama dirinya sendiri yang suspect Gayus Tambunan atau nama lain, kita sebagai orang awam di Kompasiana tidak tahu kecuali pengelolanya sendiri yang pegang rahasia Kompasiana.

Kita masih bisa membaca tulisan Pakde Kartono ke depan apabila :

  1. Ada admin khusus yang ditunjuk oleh Pakde Kartono (suspect Gayus) untuk mengelola akunnya untuk menjalankan termasuk membuat artikel dan memberi komentar artikel kompasianer lain. Namun untuk saat ini seandainya itu terjadi, pembaca nampaknya sudah malas menengok artikel yang dibuat dengan masih memakai akun Pakde Kartono.
  2. Membuat akun baru dengan nama berbeda. Ini juga masih perlu penelusuran khusus sebab jangankan membawa laptop dengan fasilitas hotspot di dalam LP, sedangkan gadget non smart saja dilarang sebab signal GSM di area lembaga memang diisolasi sehingga tidak bisa memerima signal dari luar.

Itulah kemungkinan besar tulisan Pakde untuk ke depannya tidak ada lagi, apalagi bila ternyata Pakde itu Gayus Tambunan, gerakannya akan selalu diawasi 24 jam sehari dengan puluhan kamera CCTV di sekitar areanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline