Lihat ke Halaman Asli

Ki Suki

TERVERIFIKASI

Seorang yang suka menulis dan menggambar.

[FITO] Nyanyian Musim Dingin

Diperbarui: 25 Agustus 2016   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore ini, kubuka tirai jendela. Kulihat salju sudah mulai berhenti turun. Matahari senja juga sudah menampakkan diri meskipun sesaat lagi dia harus kembali turun di ufuk barat. Entah mengapa aku sangat suka dengan suasana sore setelah turun salju. Aku mengambil kursi dan duduk di depan jendela sambil menunggu turunnya matahari. Tidak terasa sudah dua tahun aku berada di Saga, sebuah kota kecil di Pulau Kyushu, Jepang. 

Tiba-tiba aku dengar sebuah lagu dari kamar sebelah. Lagu "Yuki no hana" yang dinyanyikan oleh Mika Nakashima. Lagu ini sepertinya cocok dengan suasana hatiku.

Maiochite kita yuki no hana ga
Mado no soto zutto
Furiyamu koto wo shirazu ni
Bokura no machi wo someru
Dareka no tame ni nanika wo
Shitai to omoeru no ga
Ai to iu koto wo shitta

Artinya mungkin begini: Bunga-bunga salju turun di luar jendela tiada hentinya,dan mewarnai kota kita. Akupun sadar arti cinta, mengharapkan melakukan sesuatu untuk orang lain. Lagu ini juga mengingatkanku bahwa aku di sini bukan untuk melamun, tetapi belajar dan meraih cita-citaku. Semua itu aku lakukan karena aku ingin membuktikan cinta.

"Kamu boleh meminang anakku, kalau kamu bisa membuktikan kamu bisa lulus sarjana di Jepang." Begitu kata Om Kemang.

Aku tahu mengapa Om Kemang, ayah Ratih kekasihku itu, mengatakan demikian. Aku juga pernah bercerita pada Ratih bahwa aku punya cita-cita untuk sekolah di Negeri Sakura. Ratih mendukung keinginanku. Mungkin dia bercerita dan meminta ayahnya untuk membuatku membulatkan tekad.

Moshi, kimi wo ushinatta to shita nara
Hoshi ni natte kimi wo terasu darou
Egao mo namida ni nureteru yoru mo
Itsumo itsu demo soba ni iru yo

Ini artinya begini: Jika aku harus kehilanganmu, aku akan menjadi bintang dan bersinar untukmu. Aku akan bersamamu bahkan disaat malam, ketika senyummu basah oleh air mata. Ini syair yang pertama aku hapal dalam lagu ini. Syair ini membuatku teringat kejadian dua tahun yang lalu.

"Edo, kamu harus kembali dan mempersembahkan padaku sakura cita-cita kita." Ini kalimat terakhir Ratih sebelum kami berpisah di Bandara Juanda. Lalu dia tersenyum dan melambaikan tangan. Lalu aku pergi. Benar-benar pergi meninggalkannya. Dalam hatiku, aku hanya bisa berkata bahwa aku ingin menjadi bintang dan bersinar untukmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline