Lihat ke Halaman Asli

Ki Suki

TERVERIFIKASI

Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Mempelajari Strategi Menulis dari Dee Lestari

Diperbarui: 20 Mei 2016   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Menulis bukan hanya kegiatan mengetik di depan komputer atau mencorat-coret kata di atas kertas. Kegiatan menulis sebenarnya dimulai jauh sebelum itu. 

Menulis adalah kegiatan menyeluruh mulai dari mengumpulkan ide, menangkap ide, melakukan riset untuk memperkuat ide sampai pada menuliskan menjadi sebuah tulisan hingga akhirnya selesai menjadi sebuah karya kreatif. Menulis adalah kegiatan kreatif untuk menghasilkan karya. Itu kalimat awal yang disampaikan oleh Dee Lestari dalam acara Talkshow Menulis Kreatif di kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Sabtu (14 Mei 2016).

Dalam acara tersebut, Dee Lestari menceritakan pengalaman-pengalamannya selama menulis, karya-karyanya seperti Supernova dan Filosofi Kopi, dan strategi-strategi dalam menulis. 

Pesan-pesan yang disampaikan oleh Dee Lestari tidak hanya memberikan tip dan trik dalam menulis, tetapi juga memberikan semangat baru bagi peserta talkshow. Dalam tulisan ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang sempat saya rekam tentang strategi menulis dari Dee Lestari.

Pertama adalah ide. Ide adalah sesuatu yang sangat penting dalam menulis. Biasanya kita mencari-cari ide dan seringkali kita mengatakan kita tidak menemukan ide untuk menulis. Menurut Dee, ide itu sudah ada di sekitar kita. Jumlahnya tidak terbatas. Tinggal bagaimana "sensitivitas" kita untuk menangkap ide yang sebenarnya sangat dekat dengan diri kita. 

Untuk mendapatkan sensitivitas ini, kita tidak boleh membuang-buang ide yang sempat muncul di otak kita. Setiap ide harus kita tulis dan simpan. Itu semua akan menjadi tabungan ide yang siapa tahu nanti akan menjadi karya ketika ada pemantik yang tepat.

Kedua adalah "visual dramatik" atau "visual drama". Ini penting bagi penulis fiksi. Visual drama ini adalah sebuah bayangan drama dari kejadian-kejadian yang kita alami. Orang yang memiliki visual drama yang baik, akan melihat hal yang orang lain anggap biasa menjadi luar biasa. 

Kadang-kadang hal-hal yang biasa seperti memasak bisa menjadi ide cerita yang baik bila kita bisa mempunyai visual drama. Dee mengatakan bahwa kemampuan visual drama ini sangat dipengaruhi oleh sensitivitas menangkap ide dari lingkungan sekitar dan kemampuan untuk "riset". 

Ketiga adalah "riset". Ide yang sudah ditangkap tidak akan menjadi sebuah karya tulis bila tidak disertai riset yang memadai. Riset ini adalah proses mencari informasi tentang apa-apa saja yang kita butuhkan untuk melengkapi cerita kita. Misalkan kita ingin menceritakan tentang suasana kota, kita harus mampu menceritakan hal-hal yang ada di kota itu seperti cuaca, angin, aroma dan lainnya. 

Dengan adanya riset ini, kita bisa menuangkan ide ke dalam cerita, kita akan mampu membuat pembaca seolah-olah berada di tempat atau lingkungan yang kita ceritakan. Riset ini bisa dilakukan dengan mencari informasi dari internet, referensi, wawancara dengan orang yang tahu atau langsung berada di lingkungan secara langsung.

Keempat adalah "penokohan". Dalam fiksi, penokohan adalah hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah karya tulis. Tokoh di dalam fiksi merupakan corong bagi penulis untuk menyampaikan pesan di dalam karyanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline