[caption caption="Anak-anak bermain di pinggir kereta api yang telah menjadi hiburan bagi sebagian masyarakat yang terpinggirkan"][/caption]
Suatu sore di persimpangan rel kereta api
di tengah hiruk-pikuk metropolitan
yang menderu seperti roda raksasa
menghimpit dan menjepit
manusia-manusia untuk terus berlari
mengejar tidak hanya sesuap nasi
mungkin juga sepenggal mimpi
yang tidak tahu dimana ujung dan tepi
Anak-anak dengan riang gembira
bermain di pinggir rel kereta api
berlarian di tengah rel saat tak ada sang besi yang melaju
sambil menunggu kereta api berlalu
di tepian deru debu
di tengah terpaan suara kereta
dan angin yang tak bisa dikatakan bersih
Anak-anak ini berlarian di tengah balok dan besi
karena mereka tidak punya lagi tanah lapang
untuk bisa berlari bebas
tanah-tanah telah dikorbankan oleh kejamnya pembangunan
atas nama kemajuan
telah merenggut kebebasan bermain anak-anak pinggiran
Anak-anak ini menikmati sajian
pertunjukan kereta api yang lewat dengan lampu sorotnya
dengan suara mesinnya
karena mereka tidak punya lagi pertunjukan
yang bisa membawa ke dunia mereka
hanya ada sinetron dan sandiwara
yang terpaksa dan dipaksakan untuk mereka
Anak-anak ini membangun mimpi mereka
di atas balok-balok kayu dan besi-besi rel kereta
di dalam keringat dan asap yang bercampur
dengan teriak sang kereta
Mereka tidak punya mimpi lain
karena mimpi-mimpi bukan untuk mereka
yang terpinggirkan
di persimpangan rel kereta api
Surabaya, 23 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H