Ki Suki - 46
-------------
Mak, ijinkanlah aku bicara padamu. Bicara dari hati ke hati. Bicara tanpa perlu ada emosi dan sakit hati. Karena aku adalah anakmu dan engkau adalah ibuku.
Mak, aku mencoba untuk menuruti apa maumu. Kau jadikan aku kebanggaanmu yang membuatmu mendapatkan piala bergilir ibu teladan. Kau jadikan aku tukang antarmu ke salon, mall, diskotik, arisan sampai meeting-meetingmu yang setiap hari bicara tentang anggaran, pembangunan dan kebangkitan. Kau jadikan aku corongmu untuk menjelaskan pada anak buahmu, bosmu dan kolegamu. Menjelaskan tentang kemakmuran, keadilan, kerakyatan, kesejahteraan dan kemajuan yang aku sendiri tidak mengerti.
Mak, engkau telah membawaku dalam kemewahan dan hingar-bingar. Engkau membawaku dalam lautan harta dan pesta-pora. Semua itu engkau berikan padaku agar aku terikat. Terikat dalam hutang yang tak bisa terbayar. Terbelenggu dalam pencitraan yang semu.
Mak, ijinkan aku membuka ikatan itu satu-persatu. Meski aku tahu itu sakit. Meski aku akan menemui kesulitan. Meski aku akan kekurangan sandang, pangan dan papan. Meski aku harus merangkak dari bawah, tertatih-tatih berdarah-darah. Meski nanti banyak kolegamu akan berteriak dan marah. Meski nanti bedakmu luntur. Meski aku tidak lagi melihat gemerlap kecantikan semu itu.
Mak, ijinkan aku belajar menerima apa adanya. Menerima wajahmu tanpa bedak, wajah yang pernah membuatku lelap dalam bahagia di dekapmu. Menerima resiko bahwa hidup itu berat. Menerima konsekwensi untuk mulai lagi dari awal.
Mak, aku ingin jadi manusia. Manusia merdeka yang berdiri tegak di atas tanahmu. Tanah kelahiranku.
-------
Baca karya teman-teman lainnya di sini ya : Hasil Event Fiksi Aku Punya Impian (FAPI)