Lihat ke Halaman Asli

Bantu Aku Menulis

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bantu aku menulis kata, sunyiku pada pena.
Sebingkai meja berwarna coklat kelu dan berdebu
seakan lautan yang beku dalam dingin suhu.
Sepucuk kertas membentuk perahu
di layarnya teruntuk namamu.

Pena itu menggigil menulis debar jantungku
Hanya genang tinta terbentuk
seperti teluk, melayarkan kata-kataku
ke samudera peluk.

Bantu aku menulis dengan sinar matamu
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan anggun di ranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan kecup purnama.
Agar kuikat samar-samar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat ke dalam puisi.

Lalu senyummu kujadikan majas
agar makna semakin jelas
membebaskan airmata dari pernyataan
yang tak pernah pungkas.
Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin.

Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu. Zayyine,
kutulis puisi di keningmu, di bawah rambutmu yang teduh
tempat perahuku berlabuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline