Disayangkan, media sosial selaku simbol komunikasi global jadi kemunduran kepribadian yang menyedihkan untuk pemuda calon penerus bangsa. Kepribadian dalam metode berpikir, mental, ketergantungan, serta empati hadapi kemunduran, paling utama apabila menyempatkan diri untuk memandang buruknya metode beretika di dunia maya oleh “generasi Z”
Media sosial, salah satu keajaiban teknologi komunikasi, ialah salah satu media paling banyak pengguna. Tetapi, hal tersebut bisa jadi perusak kepribadian terbanyak dalam waktu yang sama untuk para pemuda Indonesia.
Hanya butuh hitungan detik, gampang sekali menuliskan hujatan, ejekan, apalagi ancaman pembunuhan pada kolom komentar tiap hari.
Likes, comments, dan views adalah poin utamanya
Karena munculnya alat pencarian pengakuan yang salah, terjadi frustrasi generasi Z. Pembuktian atau perlu diakui oleh orang-orang merupakan syarat dasar bagi semua manusia untuk mempertahankan kehidupannya.
Namun, berbeda dengan masa lalu, masyarakat mencari konfirmasi dengan memperjuangkan prestasi, aspirasi ambisius, atau berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemanusiaan. Sekarang, selesaikan pencarian verifikasi dengan menemukan jumlah suka, komentar, dan tampilan.
Narsisme adalah cara utama untuk mengatasi kebutuhan pengakuan media sosial. Berbicara tentang diri Anda melalui media sosial dapat mengaktifkan kesenangan otak yang terkait dengan makanan, uang, dan seks.
Jenis kesenangan ini sangat membuat ketagihan dan merusak. Karena, seperti barang adiktif lainnya (seperti rokok dan minuman beralkohol), perasaan senang di media sosial akan membenarkan segala cara untuk "disetujui" oleh orang lain. Yang penting adalah like, comment dan views, bukan makna konten yang sebenarny.
Pedasnya hujatan melebihi sambal
Media sosial sudah jadi fasilitas sebagian generasi Z untuk melontarkan kata-kata hinaan kepada orang lain yang memiliki perbedaan pendapat.
Facebook, Instagram, serta Twitter yang jadi fasilitas penghubung kehidupan sosial orang- orang yang berbeda sudah berganti jadi pemuas narsisme yang tidak mengindahkan keberadaan orang lain selaku sesama manusia.