Lihat ke Halaman Asli

Anak Terang dari Tangerang

Diperbarui: 26 September 2016   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiqry (15) mengisi waktu luangnya dengan berlatih drum (Dokumen Pribadi),

Tangerang, Tugas Menulis Berita - Merefleksikan diri Indonesia pada Pasal 31 ayat 1 yang berujar bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pengajaran, Fiqry Oktayandi (15) yang mengalami tuna grahita, tetap semangat untuk melangkahkan kakinya agar mendapatkan pengajaran yang selayaknya.

Tuna grahita adalah ketunaan dimana penderitanya akan mengalami kelemahan dalam berpikir atau bernalar. Gejala ketunaanya baru ditemukan oleh Yati, yang merupakan ibu dari Fiqry, saat Fiqry duduk di kelas 1 sekolah dasar. Pada saat itu, nilai-nilai Fiqry di sekolah tak ada yang menunjukan perkembangan layaknya anak-anak lain di kelasnya. Tak pantang menyerah agar anaknya tetap mendapatkan pendidikan, Yati direkomendasikan untuk menyekolahkan Fiqry di sekolah berkebutuhan khusus.

Ketika sinar matahari siang menggema terik di seisi Bumi Indonesia di bagian Binong, Kabupaten Tangerang. Fiqry selalu bergegas bersama Ayahanda tercintanya untuk menempuh perjalanan menuju ke suaka ilmu tercintanya di Karawaci, Kota Tangerang.

Fiqry bersekolah di Sekolah Khusus Yayasan Karya Dharma Wanita 01 Tangerang (SKh YKDW 01 Tangerang). Tak dinyana sepanjang kegiatan Fiqry bersekolah, bakatnya ditemukan oleh wali kelasnya. Memukul seperangkat alat drum menjadi tambatan kebahagiaan Fiqry. Kelihaiannya dalam memukul drum, didukung pula oleh kasih ibunya yang akhirnya membelikan Fiqry seperangkat alat drum.

 “Dilihat dari kesehariannya Fiqry memang kelihatannya  anak saya sama dengan anak-anak lain, tapi saya harus terima bahwa dari segi pendidikan anak saya kurang mampu,” Ucap Yati dengan beriring tangis haru.

Berdasarkan pengakuan ibunya, Fiqry yang juga merupakan fans Ariel Noah ini menyukai drum sebab sejak kecil ia acap kali memukul-mukul penggorengan ibunya. “Saya harus nerima kekurangannya dan cari sisi baik Fiqry apa, seiring berjalannya waktu saya belikan dia drum dan saya panggilkan guru privat,” Ujar Yati dengan isakan yang tersendat-sendat.

“Fiqry yang suka main-main drum gitu deh,” Ujar sekawanan teman sekolah Fiqry.  Dalam setiap perlombaan yang ia lakukan jelas ia bersaing dengan teman-teman sejenisnya, hanya saja dengan ketunaan yang berbeda-beda.

Keteguhan suntikan semangat dari Yati membuat Fiqry yang semula pesimis untuk mengikuti kompetisi, membuat Fiqry luluh. Fiqry telah beberapa kali mengikuti perlombaan main drum. Kategori juara pun telah ia dapati berkat beberapa perlombaan, baik di tingkat kota maupun di tingkat provinsi.

Fiqry pernah mengikuti Festival Lomba Sastra dan Seni Nasional Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (FLS2N SMPLB) di tingkat provinsi Banten sambil tak lupa mengantongi juara 2. Juara 1 pun pernah ia dapati saat ia mengikuti kompetisi bermain drum di tingkat Kota Tangerang.

Yati berharap agar ketunaan tak lantas membuat Fiqry menyerah. Harapan lain yang ia simpan terutama untuk para orang tua  yang memiliki putra atau putri yang normal adalah, agar mampu terus menyokong anak-anak mereka untuk tak gentar mengiringi setiap bakat mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline